Hai.
Lagi-lagi aku akan bercerita tentang kawanku. Sepertinya akan semakin banyak postingan di sini yang bercerita tentang orang lain. Hahahaha.
Temanku satu ini, sebenarnya aku baru benar-benar mengenalnya ketika memasuki tahun kedua kuliah. Seringnya kami main bareng, makan bareng, dan sebagainya, membuat interaksi kami lebih intensif dan semakin intim --menukil kata-kata favoritnya--. Pokoknya, dia adalah salah satu teman terbaikku di kuliah.
Dia, sangat periang, jarang sekali aku melihatnya bermuram durja (atau aku yang belum pernah melihatnya). Pembawaannya yang santai dengan selera humor yang tinggi, membuatnya berbeda sekali dengan beberapa orang yang kukenal, yang kadang-kadang mudah mutungan dengan kata-kataku. Dia selalu bisa menimpali pemikiranku yang keras, kenyinyiraanku, dan ketajaman lidahku dengan kalimat-kalimat dan ekspresi yang santai, lucu, menggemaskan (?), sederhana, tapi mendalam, dan bahkan bisa membalasku. Hahahahaha.
Dia adalah tipe orang yang bisa dengan mudah disukai banyak orang karena sifatnya yang santai dan sederhana. Dan yang jelas, kesupelannya. Beda sekali denganku. Hahaha...
Kami --aku dan dia-- punya beberapa kesamaan. Kami sama-sama suka nonton film. Kami sama-sama suka Johnny Depp, serial Heroes, anime Nichijou, Mesut Ozil, dan suka makan. Kami sama-sama sepakat bahwa DBSK (Dong Bang Shin Ki) --zaman berlima-- adalah satu-satunya boyband Korea yang paling kece; pete dan durian adalah salah dua dari banyaaaak anugerah Tuhan yang dikirim untuk manusia; Indonesia bisa menang piala AFF 2012 kalau saja PSSI tidak bermasalah & tidak menurunkan pemain-pemain yang kurang berpengalaman; komik yang bermutu macam Yotsuba&! dan Tomo'o harusnya lebih banyak beredar daripada komik serial cantik; tugas dan belajar itu bisa dirapel (kami nggak bisa nyicil tugas dan belajar. hahaha); bahwa nonton di bioskop, makan, ke mall itu bisa dilakukan sendirian, dan masih ada yang lainnya.
Tapi, kami juga punya beberapa perbedaan. Dia adalah pecinta kucing nomor satu. Aku justru tidak suka kucing. Aku memelihara hamster di rumah. Tapi bagi dia, hamster tidak bisa dipeluk dan tidak bisa bunyi. Aku suka F1. Dia suka sepak bola. Dia pintar main musik. Aku hanya bisa main pianika. Dia pintar bernyanyi. Aku tidak.
Dan oh, ada satu hal lagi. Ketika tahun kedua kuliah, kami membentuk semacam duo nggak jelas. Sumpah nggak jelas banget. Hahaha. Kami berencana mengeluarkan single salah satu anime jadul yang sudah diterjemahin ke bahasa Indonesia, tapi sayangnya pencapaian kami untuk eksis hanya sampai di Benron Taikai 2010. Saat itu kami menjadi MC sesi doorprize. Hahahaha. Sampai akhirnya, kami sebal sendiri ketika ada pemain sepak bola Malaysia yang namanya mirip dengan nama duo kami dan karena dialah Indonesia kalah melawan Malaysia. Hahaha.
Yah. Kadang-kadang kami melakukan hal yang gila memang.
Yang jelas, dia adalah pendengar yang baik. Dia selalu tahan dengan curhatan-curhatanku, cerita-ceritaku, dan sebagainya. Dan karena itulah sebagian besar rahasiaku ada di dia. Hahahaha.
Tapi, meskipun kami sering bersama, kami punya prinsip "aku ya aku, kamu ya kamu". Dengan prinsip itu, dia akhirnya bisa menyusulku pendadaran, meskipun aku tidak bisa menemaninya karena sedang KKN, dan...wisuda bersama!!
Dia sama sepertiku: tidak mau bekerja setelah lulus, tetapi ingin melanjutkan S2. Semoga sukses!
Akhir kata, aku menulis ini karena hari ini adalah hari bahagianya. Selamat ulang tahun, Sarah Fithry Panggabean (akhirnya kusebut juga namanya. Hahaha). Aku memang bukan seorang penulis yang baik seperti dia. Aku tidak bisa menempatkan diksi-diksi puitis nan romantis yang tepat di postingan ini untuk menggambarkan dirinya yang luar biasa mengagumkan. Maaf ya. Terima kasih sudah menjadi teman yang sangat baik untukku. Terima kasih sudah sabar menjadi teman ceritaku. Selamat ulang tahun. Semoga semua keinginanmu tercapai, selalu diberi kesehatan, dan kebahagiaan. Tetaplah menjadi Sarah yang kukenal, yang sangat ceria, sedikit slengekan, dan sekali-kali cobalah membuka hati untuk lawan jenis (supaya aku bisa kecipratan cerita cintamu. Hehehe). Sekali lagi, 誕生日おめでとう!!!
ja ne...
Rabu, 16 Januari 2013
Jumat, 04 Januari 2013
Bangkok (Part 4 - END)
Daaaan... Ini adalah postingan terakhir dari tetralogi postingan telatku tentang Bangkok (baca sebelumnya di sini, di sana, dan di situ). Hahaha. Otsukare sama deh.
Baca sebelumnya: Bangkok (Part 3) - Day 3 (Pratunam dan Indra Square)
Baca juga dong:
Bangkok (Part 1) - Day 1 dan Day 2 (Grand Palace)
Bangkok (Part 2) - Day 2 (Sleeping Buddha, Wat Arun, Platinum Fashion Shopping Mall)
ja ne...
Day 4 (30 Agustus
2012)
Hari ini hari terakhir kami di Bangkok. Yaaaah.
Kurang sih sebenernya :p. Hahaha. Karena pesawat kami baru berangkat malem,
jadi paginya kami punya rencana lain. Agenda hari itu –selain pulang,
tentunya-- masih sama kayak agenda hari sebelumnya: belanja! Hahaha. Teuteup,
yes. Tapi kali ini kami blusukan di
Sampheng Road, ChinaTown. Kami dianter sama salah satu temen ibukku yang lagi
kuliah S3 di sana dan baru sekitar 2 bulan tinggal di Thailand. Pagi-pagi, pas
sarapan kami dijemput sama Beliau. Terus capcus deh. Tempatnya emmm… agak
semrawut sih. Jadi itu semacam kayak gang bercabang nan ruwet dan rame dan
banyak kios-toko di kiri kanannya. Dan di jalanan sesempit itu, motor, mobil,
dan sebangsanya bergerak bebas ke sana kemari. Dan nggak boleh misuh-misuh.
Hahaha. Otapi jangan salah. Harga barang di sana itu jebulnya harga kulakan.
Jadi muraaaaaaaaaaaaaaaaaaah banget. Lebih murah daripada di Pratunam. Ciyus
deh.
Kalau kalian ke Bangkok, sempatkanlah ke sini.
Ini beneran surga belanja namanye! :D
Sampheng Road
Bayangin tuh ada motor di gang sempit dan rame
kayak gitu. Hahaha
Sorenya, kami check out dari hotel. Oh ya, taksi yang ngantar kami dari hotel ke
bandara itu sama dengan taksi yang nganter kami dari bandara ke hotel. Jadi,
bapak sopir taksinya itu baiiiiiiiik banget ngasih kartu namanya ke kami dan
bilang kalau dia akan senang hati nganter kami balik ke bandara. Hahaha.
Lumeyen, to. Nggak usah susah-susah cari taksi gede lagi buat ke bandaranya. Oh
dan di taksi itu, ibukku menemukan sesuatu yang akhirnya membuat heboh satu
mobil –tapi udah nggak heboh lagi buatku karena aku udah tau sebelumnya.ww--.
Nih.
Dilarang membuat polusi udara di dalam mobil.
Hahaha
Oh iya, aku berutang cerita soal bandara
Suvarnabhumi ya sama kalian. Oke. Karena pas hari pertama dateng udah tepar dan
ngantuk, aku nggak memperhatikan detil arsitekturnya. Tapi begitu pas nyampek
ke sana buat balik ke Jogja, aku kaget-sekagetkagetnya *lebay deh*.
Arsitektur bandara Suvarnabhumi = arsitektur
bandara Incheon, Korea Selatan!
Ini bandara Suvarnabhumi, Thailand
Ini bandara Incheon
(dua gambar di atas ini hasil dari pencarian di mesin pencari Google)
Aku belum pernah ke Korea, sih. Tapi ibukku dan
Bu Novi pernah ke sana dan bilang memang muirip buanget. Bahkan katanya bandara
ini emang sengaja disamain sama Incheon! Gila ya Korean Wave di Thailand.
Ckckck. Dan aku juga tahu bayangan arsitektur di dalamnya kayak gimana, soalnya
yaaa di drama-drama Korea kan banyak yang syutingnya di Incheon. Dan aku juga pernah
lihat video klip idol K-Pop generasi awal, Click-B, yang judulnya ‘Cowboy’.
Mereka syutingnya di bandara Incheon. Dan kayaknya pas itu Incheon habis
dibangun.
Lihat video klip 'Cowboy' Click-B di sini
Dan ini Click-B, buat yang nggak tahu.
Sassuga, Kankoku!
Oke. Nggumunnya
sampai di situ saja. Karena setelah itu, kami harus jalan –kira-kira tiga kilo
ada ya—buat sampai ke gate-nya aja!
Dan ketika perjalanan ke gatenya,
kami ‘disuguhkan’ toko-toko mahal nan bermerek di kiri kanan. Macam emol saja
deh!
-_-“
Pesawat kami akhirnya berangkat pukul 9 malem.
Dan sampai di Jakarta pukul 1 pagi. Dan baru sampek Jogja sekitar pukul 8.
Habis itu, nggak ada istirahat! Aku harus ke kampus buat ngurus
yudisium-biar-nggak-harus-bayar-SPP-dan-BOP-lagi!!! Hari terakhir pula!
Tahu apa yang membuatku sangat berkesan dengan
Bangkok? Bersih! Ya, meskipun ada di beberapa tempat yang kotor, tapi itu masih
di ambang batas kewajaran. Tapi beneran deh. Terutama di tempat-tempat
wisatanya, kalian nggak akan menemukan satu sampah pun di sana. Di setiap
pojokan, pasti disediakan tempat sampah. Dan itu yang bikin para wisatawan
betah berlama-lama di sana. Yuk ah Indonesia, jangan mau kalah! ^^
Baca juga dong:
Bangkok (Part 1) - Day 1 dan Day 2 (Grand Palace)
Bangkok (Part 2) - Day 2 (Sleeping Buddha, Wat Arun, Platinum Fashion Shopping Mall)
ja ne...
Bangkok (Part 3)
Di postingan kali ini (baca sebelumnya di sini dan di sini), aku mau nulis tentang hari ketiga-ku di Bangkok. Sebenarnya, untuk singkatnya aja sih, yang ini lebih fokus sama belanja. wkwkwkwk. Sekalian aja deh buat referensi siapa tau kalian tertarik ke Bangkok dan pengen cari tempat belanja murah. Cekidot :3
Day 3 (29 Agustus
2012)
Karena di hari sebelumnya alias kemarin belum sempet belanja puas di
Platinum, kami memutuskan lagi buat belanja di Pratunam dan di Indra Square.
Kata temen ibukku yang ada di Bangkok, Indra Square lebih asik dan lebih murah
daripada Platinum. Jadi capcuslah kami ke dua tempat itu sekaligus. Karena
searah juga sih. Sebelumnya, aku udah cerita kan kalau Pratunam itu kayak kios,
toko-toko, PKL di sepanjang jalan Malioboro. Di sana kita bisa nawar. Jangan
takut karena nggak bisa bahasa Thailand. Bahasa Tarzan dan bahasa kalkulator
biasa digunakan di sini. Hahaha.
Kami nggak kesulitan buat nyari lokasi
Pratunam. Ya iyalah wong ya sebelumnya belanja di depannya kok. Yang susah itu
nyari Indra Square. Karena ternyata kami nggak nyangka bakal sejauh itu
(maksudnya awalnya dikira deket, gitu).
Seperti biasa, di dua tempat itu kami belanja
super banyak sampai-sampai hampir nggak bisa bawa. Hahaha. Sempet kan kelaperan
pas di Indra Square, dan susah cari makan halal, tapi akhirnya di sana ada foodcourt di lantai atas. Alhamdulillah
ada yang jualan makanan halal :D.
Food court di Indra Square
Pratunam
Masih Pratunam |
Thailand surganya buah! ^^
Ruwetnya kabel listrik di Bangkok. Tapi itu
menarik!
(to be continued...)
Sebelumnya: Bangkok (Part 2) - Day 2 (Sleeping Buddha, Wat Arun, Platinum Fashion Shopping Mall)
Baca juga dong: Bangkok (Part 1) - Day 1 & Day 2 (Grand Palace)
ja ne...
Kamis, 03 Januari 2013
Bangkok (Part 2)
Nah setelah postingan sebelumnya (lihat di sini) membahas tentang kedatanganku ke Bangkok di hari pertama dan hari kedua ke Grand Palace, kali ini mau bahas tentang kunjungan ke Sleeping Buddha (Wat Pho), Wat Arun, dan Platinum Fashion Shopping Mall --masih di hari kedua (28 Agustus 2012).
Sleeping Buddha
(Wat Pho)
Kendi (?) tempat derma uang buat biksu
Sleeping Buddha ini
lokasinya deket dari Grand Palace. Jalan kaki kira-kira dua puluh menit-an.
Harus-super-ultra-wonderful-delicious-hati-hati kalau mau ke Sleeping Buddha.
Kalau kalian ragu-ragu gimana cara ke Sleeping Buddha, tanya sama petugas di
Grand Palace. Mereka akan senang hati ngasih tahu kalian. Awalnya kami mau naik
tuk-tuk (kalau di Jakarta semacam bajaj gitu) ke sana. Tapi DILARANG KERAS
sama petugas di Grand Palace. Mereka justru nyaranin kami untuk jalan kaki.
Kenapa?
Jadi ternyata gini ceritanya.
Ada semacam kongkalikong bin tipu muslihat yang terkenal di antara para sopir
(?) tuk-tuk di sekitar Grand Palace. Mereka akan nyegat kalian begitu keluar
Grand Palace dan dengan ramah akan bertanya ke mana kalian akan pergi. Kalau
kalian menjawab Wat Pho atau Sleeping Buddha, mereka akan bilang, "No
no no, Madam. It still close now. It will be open at 1 p.m". Kalau
udah gitu, JANGAN PERCAYA! Soalnya, sekalinya kita percaya, mereka akan
terus membujuk kita untuk naik tuk-tuk mereka dan yak seperti yang sudah kita
duga: membawa ke tempat-tempat belanja yang sebenarnya nggak mau kita datangi.
Karena ternyata, mereka sudah kerja sama dengan banyak toko di sekitar sana
untuk bisa mendatangkan pengunjung toko --ya penumpang tuk-tuk itu--.
Lagipula, kalau kita
jalan kaki, justru bisa lihat pemandangan di trotoar sepanjang jalan. Entah
kenapa aku jadi inget Malioboro atau Pasar Klithikan. Hahaha. Soalnya apa-apa
dijual. Bedanya, kalau di Malioboro atau Pasar Klithikan nggak ada yang terang-terangan
jual togel, kan? Nah di sana ada. Dan banyak! Hahaha. Menarik!
Coba cari keanehan apa yang ada di foto ini ^^
Sampai di Sleeping
Buddha, tuh kan beneran udah buka! Tiket masuknya lebih murah daripada Grand
Palace dan free entry buat pelajar dan orang pribumi. Habis itu dapet
gratis air mineral dingin pula! Ini nih yang perlu dicontoh sama pariwisata
Indonesia. Hahaha. Sampai di sana ya nggak cuman orang berwisata aja sih, tapi juga banyak yang
ibadah. Dan meskipun tempatnya nggak seheboh di Grand Palace, tapi masih tetap
kece. Jadi, kan Buddha tidur itu ada di sebuah ruangan yang
super-ultra-wonderful-delicious-luas. Sebelum masuk ke sana, kita harus wajib
lepas sepatu, kalau nggak nanti dimarahin sama petugasnya. Terus, udah disediakan
kantong sepatu yang nanti juga akan kita bawa keliling. Lagi-lagi aku inget
kalau sholat atau jumatan di Masjid Istiqlal di Jakarta. Tapi kalau di
Istiqlal kan pakai kresek biasanya, yang ini pakai tas kece. Sayangnya nggak
boleh dibawa pulang. Hahaha.
Ukuran Sleeping
Buddha-nya nggak usah dideskripsikan lagi deh. Gedeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee.
Dan biasanya nanti kalau udah masuk di sana, kita akan denger suara 'cring
cring cring'. Nggak usah mikir aneh-aneh. Itu suara duit derma yang dimasukkin
para pengunjung ke gentong (?) tanah liat milik para biksu. Jumlahnya ratusan.
Tapi itu nggak wajib kok. Kalau mau masukkin, monggo. Nggak masukkin juga nggak
papa.
Yang unik di
Sleeping Buddha ini, saking detil bikinnya, sampek2 di jari kaki sang Buddha
juga ada gambar sidik jarinya! Dan di telapak kakinya ada gambar-gambar yang
entah apa itu. Saking ramenya nggak bisa lihat, booook.
Wat Arun
Wat Arun ini apa,
ya? Emm... Candi? Yaa... gitu lah. Buat ke Wat Arun, kami nyebrang sungai!
Pakai perahu. Asik! Bayarnya cuman nggak lebih dari 10.000 rupiah kalau dikurskan. Tapi
sayangnya cuman bentar, 10 menit ada kali ya? Hahaha.
Di Wat Arun ini kami
udah tepar setepar-teparnya. Jadinya begitu lihat candi yang tinggi semampai nan semlohai itu, kami udah
males dan tak bergairah lagi buat naik ke atas. Hahahaha. Yang menarik di sini, ada penyedia jasa sewa
kostum tradisional Thailand ala-ala bangsawan gitu. Murah. Cuman sekitar 60.000
rupiah kalau dikurs-kan. Asiknya, si penyedia kostum itu juga mau motretin
turis yang pakai kostum itu. Pakai kamera kita, tentunya. Mereka pinter cari angle dan jadi pengarah gaya lho. Jangan
salah. Mereka akan mencarikan spot yang bagus buat kita untuk foto-foto dengan
latar belakang Wat Arun.
Begaya dulu bole lah :D
Jadi, kalau kecapekan sampai di Wat Arun, nggak usah
memaksakan diri naik ke atas sana. Serem, book. Tangganya semacam
hampir 90 derajat. Haaaaaaaaaaaaaa…. Maaf ya nggak bisa cerita banyak di sini. Wkwkwk.
Platinum Fashion
Shopping Mall
Sayangnya nggak ada foto di sini. Ada dua pusat
perbelanjaan di Bangkok yang namanya kedengaran mirip dan lokasinya cuman
hadap-hadapan: Platinum dan Pratunam. Kalau Platinum itu Mall. Tapi isinya
fesyen-fesyen. Bagus-bagus dan harganya masih dibilang terjangkau lah. Kalau
Pratunam itu isinya kios-kios di sepanjang jalan-seberang-Platinum. Kayak
jalanan Malioboro gitulah. Juga nggak kalah murah. Nah, cerita soal Pratunam nanti dulu. Hahaha.
Sekarang cerita soal Platinum dulu.
Setelah tepar seharian wara-wiri ke
tempat-wisata-yang-harus-didatangi-di-Bangkok, malamnya kami belanja! Hahaha…
Gila ya. Dapat energi dari mana itu. Wkwkwk. Ah biarlah. Yang penting
belanja!!! Hahaha.
Di sini, kami nggak belanja banyak. Gegara
ternyata semua mall, pusat perbelanjaan, atau sejenisnya yang ada di Bangkok
itu tutup jam 9 malam. Ya ampyang. Amplaz aja tutup jam 10 -_-“. Kami emang
berangkatnya malem sih. Jam 8-an gitu. Sedih deh cuma bentar di sana. Nggak
bisa liat barang-barang bagus. -_____-“.
Serunya, di luar emperan Platinum itu juga ada yang jualan.
Bagus-bagus dan harganya murah. Sayangnya, waktu itu tiap malam di Bangkok
hujan. Jadi, yang jual dan yang beli di depan itu pada empet-empetan. Hahaha.
(to be continued...)
Sebelumnya: Bangkok (Part 1): Day 1 dan Day 2 (Grand Palace)
Selanjutnya: Bangkok (Part 3): Day 3 - Pratunam dan Indra Square
Selanjutnya: Bangkok (Part 3): Day 3 - Pratunam dan Indra Square
ja ne...
Langganan:
Postingan (Atom)