Sabtu, 27 Juni 2015

Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 1) - Awal dari Semuanya

Sebelum mulai menulis postingan ini, saya jadi teringat dengan sebuah pepatah Jepang:

Nana korobi ya oki
Tujuh kali jatuh, delapan kali berdiri

Apa hubungannya?
Mendapatkan beasiswa ternyata tidak semudah yang dipikirkan orang, apalagi beasiswa ke luar negeri. Kata 'gagal' atau 'nggak lolos' bagi pemburu beasiswa luar negeri macam saya ini, sudah jadi makanan sehari-hari. Setelah itu, tergantung pribadi masing-masing: mau menyerah atau tetap lanjut berjuang.

Hahaha. Silakan tanya kegagalan saya soal mendapatkan beasiswa luar negeri. Dari yang di-PHP banget-banget (ini beneran deh, ada juga beasiswa luar negeri yang nggak memberi tahu pelamarnya kalau mereka nggak diterima. ADA. Ada juga beasiswa luar negeri yang menulis kriteria field of study-nya bebas, tapi ternyata yang diterima hanya dari jurusan tertentu: ADA juga T_T) sampai ada yang secara langsung memberikan notifikasi melalui surel kalau saya nggak diterima. Down? Wajar. Nangis-nangis bombay? Pernah. Perasaan ingin nyerah? Hahahaha. Jelas. Pernah

*malah jadi tsurhat*

Salah satu beasiswa luar negeri yang saya kejar-kejar dari S1 dulu adalah beasiswa pemerintah Jepang (Monbukagakusho a.k.a Monkasho a.k.a Monbusho a.k.a MEXT, selanjutnya saya sebut sebagai Monkasho)

Eh, bentar. Tapi apa itu beasiswa Monkasho?
Beasiswa Monkasho adalah beasiswa pemerintah Jepang yang cukup dikenal oleh orang Indonesia. Beasiswa ini berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang. Beasiswa ini sangaaaaaaaaaaaaaaaaaat banyak peminatnya karena sudah meliputi biaya studi dan biaya hidup tanpa ikatan apapun. Catet. Tanpa ikatan apapun. Jenis beasiswanya pun beragam. Di antaranya adalah:

1. Japanese Studies. Beasiswa ini yang pernah saya kejar ketika S1 karena beasiswa ini dikhususkan bagi para mahasiswa Sastra Jepang. Masa studinya adalah satu tahun (info lengkap klik di sini)
2. Teacher Training (Program Penataran Guru). Sesuai namanya, program ini ditujukan untuk guru-guru SD, SMP, SMA (yang sederajat), dan SLB. Semua guru mata pelajaran boleh mengikuti ini (kecuali guru mata pelajaran PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Bahasa Arab, Pendidikan Agama, dan Perhotelan). Lamanya masa studi 1 tahun 6 bulan (info lengkap klik di sini)
3. Professional Training College (D-2). Untuk lulusan SMA/ sederajat. Masa studi 3 tahun (plus belajar bahasa Jepang). Info lengkap klik di sini.
4. College of Technology (D-3). Untuk lulusan SMA/ sederajat. Masa studi 4 tahun (plus belajar bahasa Jepang). Info lengkap klik di sini.
5. Undergraduate (S-1). Untuk lulusan SMA/ sederajat. Masa studi 5 tahun (plus belajar bahasa Jepang). Info lengkap klik di sini.
6. Research Student (S-2, S-3 info klik di sini dan di sini). Beasiswa jenis ini yang akan dibahas di postingan kali ini (jadi bagi teman-teman yang ingin memperoleh informasi selain program Research Student, silakan buka link yang sudah tersedia).

Nah, seperti yang sudah saya tulis di atas, postingan kali ini saya akan membahas mengenai Program Research Student. Program Research Student (selanjutnya saya singkat sebagai RS) adalah program berbasis riset (non-degree) di perguruan tinggi Jepang. Asyiknya, ketika status pelamar adalah RS, mereka diperbolehkan melamar ke degree program (S-2, S-3, atau professional graduate course) atau meneruskan program S-3 setelah menyelesaikan S-2 apabila berhasil lulus ujian yang diberikan oleh universitas yang bersangkutan. Makin asyik lagi, mereka dapat langsung masuk ke program degree tanpa harus mengikuti tahapan RS apabila telah mendapatkan izin dari universitas.

Perlu diketahui, teman-teman, program RS ini ada dua macam. Pertama adalah G to G (Government to Government, seleksinya melalui Kedutaan Besar Jepang) dan U to U (University to University,apabila kampus temen-temen mempunyai kerja sama dengan kampus di Jepang, bisa melamar melalui program ini. Silakan kontak dengan kampus almamater temen-temen untuk info kampus Jepang yang memiliki MoU dengan kampus temen-temen).

Tahun 2014 lalu, saya pernah mencoba untuk mengikuti seleksi beasiswa ini melalui rekomendasi Kedubes. Sedikit cerita saja ya. Saya berhasil lolos seleksi dokumen (ada sekitar 80-an pelamar yang lolos seleksi ini pada saat itu) dan diperbolehkan untuk mengikuti dua macam tes. Tes pertama adalah tes bahasa Inggris dan bahasa Jepang (temen-temen yang tidak bisa berbahasa Jepang, jangan sedih karena temen-temen tidak harus mengerjakan tes bahasa Jepang, tes bahasa Jepang hanya bersifat opsional. Akan tetapi, apabila temen-temen bisa berbahasa Jepang, saya sarankeun untuk ikut keduanya karena nantinya nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik dari kedua tes tersebut). Tes kedua adalah wawancara di Kedubes Jepang. Nah, sayangnya saya tidak lolos untuk tahapan selanjutnya. Hahaha. Jadi, maaf tidak bisa menjelaskan lebih detil.

Oke, lanjut.

Kemudian, pada akhir Desember 2014, staf administrasi Prodi Sastra Jepang UGM --almamater saya-- mengumumkan di Facebook bahwa ada tawaran beasiswa RS U to U di Nara Women's University (NWU) untuk satu orang. Akhirnya saya meminta informasi lebih lanjut dan mendapati bahwa prosedur yang harus saya ikuti sedikit berbeza dengan prosedur beasiswa RS U to U yang saya ketahui via situs Kedubes Jepang. Jadi, sampai di sini, teman-teman, mohon perhatikan bahwa untuk prosedur RS U to U, kebijakannya ada pada universitas masing-masing. Nggak heran kalau saya juga dibuat kaget dan bingung bukan kepalang *lebay sih ini haahaha* dengan prosedur-prosedur ini. Anti-mainstream, kata saya. Hahaha.

Termasuk dengan formulir yang apalah-apalah itu saya enggak ngerti. Hahaha.

Tapi ya udah lah ya, no pain no gain.

Jadi, tahap pertama untuk seleksi RS U to U dengan NWU yang saya alami (?) ini adalah saya harus setor nama dulu ke kantor prodi. Kemudian prodi mengirimkan nama calon pelamar ke NWU. Ternyata NWU membutuhkan CV saya. Oke, saya setor CV berbahasa Jepang saya (sebenernya ini juga bisa pakai CV bahasa Inggris, tapi entah kenapa saya lebih mantep pakai CV berbahasa Jepang). Itupun CV-nya masih pakai acara salah tahun lahir (karena pakai sistem pertanggallahiran (?) Jepang) sampai harus kirim berkali-kali ke staf admin prodi. Dari sini saja sudah ketahuan absurdnya saya. Hahaha.

Kemudian, tak kalah uniknya, malam hari saya di-chat via FB oleh staf admin prodi bahwa kaprodi Sastra Jepang membutuhkan beberapa info mengenai saya perihal keikutsertaan saya dalam beasiswa ini. Di chat tersebut, disebutkan juga kalau kaprodi meminta saya untuk menghubungi Beliau via FB. Iya sih ya, karena sudah mefet juga waktunya, komunikasi dengan media apapun nggak masalah, yang penting... berkomunikasi. Walhasil, kemudian saya mengirim pesan via inbox FB kepada kaprodi. Dan kaprodi memberikan saya pertanyaan yang harus saya jawab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sebelum pukul 9 malam. Pertanyaannya berkisar tentang tema calon penelitian dan sebagainya karena rupanya jawaban saya tersebut akan dikirim langsung oleh Beliau kepada pihak NWU malam itu juga! Tak lupa saya juga menyertakan alamat imel saya yang bisa dihubungi.

Kemudian, keesokan harinya, saya diimel oleh pihak NWU, yang ternyata adalah dosen yang menjembatani UGM dan NWU, sebut saja Bu M. Bu M mengirim imel kepada saya (pakai bahasa Inggris. Bahasa Inggris Beliau bagus sekali!), isinya memperkenalkan diri dan lain sebagainya. Tak lupa Beliau juga sedikit mengingatkan saya bahwa saya harus kuat menghadapi seleksi ini yang nantinya bakal hectic, katanya (yang akhirnya beberapa hari kemudian saya baru tahu maksudnya Beliau mengatakan hectic. Okeh. Challenge accepted, Sensei!). Setelah kami beberapa kali imel-imelan (yang selalu saya balas pakai bahasa Inggris. Duh), Bu M kemudian sampai ke titik terpenting dari seleksi ini:

Wawancara.

Via Skype,

Di dalam imel tersebut Bu M menawarkan kepada saya apakah saya ingin diwawancarai seorang diri atau sekalian bersama dengan peserta lain (fyi, yang akan diwawancara ada dua orang, saya dan kakak kelas saya). Setelah berdiskusi ini itu dan mempertimbangkan psikologi (serius ini), kami berdua memutuskan untuk diwawancarai secara terpisah.

Nah, mengenai wawancara, akan saya ceritakan di postingan selanjutnya:

Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 2) -  Tahap Wawancara Wow 

O iya, sebelum saya mengakhiri postingan kali ini, saya ingin memberikan tips untuk temen-temen yang sekiranya tertarik untuk mengikuti beasiswa RS U to U:
1. Cari informasi kampus Jepang yang memiliki perjanjian MoU dengan almamater teman-teman.
2. Kontak dengan profesor. Banyak di antara kampus Jepang yang menyediakan kontak imel profesor melalui situs resmi kampus mereka. Ketika sudah diputuskan kampus yang akan dituju, silakan menghubungi profesor yang sesuai dengan bidang studi teman-teman. Sampaikan identitas teman-teman, penelitian sebelumnya, hal yang ingin diteliti, izin masuk ke laboratorium (di Jepang, satu profesor biasanya mengepalai satu laboratorium), dan lampirkan pula abstrak penelitian terdahulu dan proposal penelitian. Setelah komunikasi terjalin, teman-teman bisa menanyakan kemungkinan teman-teman mendapatkan beasiswa di sana. Jangan langsung to the point. Akan tetapi perlihatkan bahwa teman-teman memiliki motivasi yang besar dan kemauan yang kuat untuk dibimbing oleh profesor tersebut.
Selain itu, perhatikan tata bahasa dan pemilihan kata ketika mengontak profesor Jepang (silakan googling contoh imel untuk profesor Jepang). Saya sarankan kalau teman-teman bisa berbahasa Jepang, pakailah bahasa Jepang. Jangan putus asa apabila profesor yang teman-teman pilih tidak membalas imel teman-teman karena ada berbagai kemungkinan: sibuk, kemampuan bahasa Inggris, laboratorium sudah penuh, atau bidang teman-teman mungkin berbeza dengan profesor tersebut. Apabila tidak ada jawaban, hubungi profesor lain. Dan apabila imel teman-teman direspons oleh profesor tersebut, saya sarankan untuk cepat dibalas. Kecepatan teman-teman dalam membalas imel ternyata memengaruhi pandangan profesor tersebut terhadap kemauan dan tekad teman-teman. Manfaatkan aplikasi imel dalam ponsel pintar teman-teman untuk membalas imel. Serius. Sebagian besar imel yang dikirim pada profesor NWU, saya tulis dengan menggunakan ponsel pintar.
O iya, dari profesor tersebut kita juga dapat menggali informasi mengenai persyaratan dan prosedur pendaftaran beasiswa RS U to U. 

Kira-kira begitu adanya. Insya Allah akan saya lanjutkan di postingan berikutnya. Semangat! Ganbatte kudasai!