Eh halo, apa kabar? Maaf akhir-akhir ini saya sedang sibuk. Biasa, sibuk
nyampah di rumah, makan, jalan-jalan. Hahahaha. Maklum pengangguran. Hahahaha.
Baiklah, saya jadi merasa bersalah karena ternyata saya masih punya ‘hutang’
banyak dengan blog ini. Maaf, maaf, saya nggak bermaksud PHP. L
Langsung saja ya.
Setelah tahapan wawancara yang super wow itu, seperti yang sudah saya
ceritakan sebelumnya, saya diminta oleh universitas untuk mengirim berkas, sehari setelah proses wawancara, yakni
hari Rabu tanggal 21 Januari 2015. Oh wow! Sehari! Berkasnya lumayan agak nggak
banyak sebenarnya. Tapi ya tapi, saya pikir waktu itu ya udah sih ya, katanya
mau dapat beasiswa, wis lah manut wae.
Ngikut aja. Bismillah. Sip.
Sejauh yang saya ingat, pada saat itu, saya diminta untuk mengirimkan:
1. Formulir pendaftaran yang sudah diberi pas foto 3,5x4,5
2. Kenkyuu Keikaku alias
rencana penelitian
3. Rekomendasi Dekan (nah ini yang agak bikin panik sebenarnya. Sampai
hari terakhir wawancara, rekomendasi dekan punya saya belum jadi karena ya saya
baru menulis surat permohonan permintaan rekomendasinya…Senin pagi (lha wong
saya juga baru tau ternyata butuh rekomendasi dekan, soalnya di
pemberitahuannya hanya butuh rekomendasi kaprodi). Aslinya, Senin sore, surat rekomendasinya
sudah jadi, tapi ternyata, pihak NWU –universitasnya—mengirim imel pada saya
mengenai format surat rekomendasi yang benar pada Senin petang –beberapa jam setelah saya dapat kabar dari sekretaris
Pak Dekan kalau suratnya sudah jadi--!! Amsyong, betapa nggak enaknya saya sama
Mas Sekretaris! Untungnya Mas Sekretaris orangnya baik, jadi masih bisa
disusulin :’). Tapi masalahnya, Pak
Dekan pada hari Selasa ada acara zibuk zeharian full dan saya bisa melihat raut
kepanikan para interviewer saya ketika wawancara hari terakhir dan saya masih
belum dapat surat rekomendasi. Sabar, Sensei.
Insya Allah bisa, kok! Bisa! Dan Alhamdulillah akhirnya saya bisa mendapat
surat rekomendasi itu di hari Rabu pagi, beberapa menit sebelum saya kirim semua
berkasnya ke Jepang. Hahaha)
4. Rekomendasi Kaprodi. Karena saya sedang melanjutkan studi di S2, saya
meminta surat rekomendasinya pada Pak Profesor Kaprodi saya. Alhamdulillah yang
ini mah nggak ada masalah. Makasih, Prof Putu :D
5. Fotokopi paspor. (Belakangan saya diminta mengirim kembali scan paspor saya yang baru via imel
karena yang saya kirim adalah fotokopi paspor lama saya yang akan expire Februari 2016)
6. Fotokopi Kartu Keluarga. Karena semua dokumen yang dikirim harus
berbahasa Inggris atau Jepang dan/atau dilampiri dengan terjemahan Inggris
dan/atau Jepang, saya menggunakan jasa penerjemahan tersumpah di Jurusan Sastra
Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Fotokopi KK yang bahasa Indonesia juga saya
lampirkan di berkas yang saya kirim ke Jepang. Saran saya untuk teman-teman
yang ingin menerjemahkan dokumen resmi macam KK dan yang lainnya, gunakan jasa penerjemahan tersumpah karena
nanti akan dapat cap resmi. Cari
yang benar-benar terpercaya dan tentunya dengan harga yang masuk akal. Hindari gagasan
kreatif diterjemahin sendiri, apalagi pakai Google Translate -_-.
7. Fotokopi KTP. Saya juga pakai metode yang sama dengan KK di atas.
8. Fotokopi Ijazah S1. Yang ini saya nggak perlu repot-repot ke jasa
penerjemahan karena fakultas saya juga mengeluarkan ijazah versi bahasa
Inggris.
9. Fotokopi Transkrip Nilai S1. Sama seperti ijazah, fakultas saya juga
sudah mengeluarkan ijazah resmi dalam bahasa Inggris, tinggal difotokopi dan dilegalisir
dilegalisasi.
10. Abstraksi Skripsi S1.
11. Fotokopi Sertifikat dan Nilai JLPT. Saya pakai JLPT, bukan TOEFL
untuk mendaftar, saya pakai JLPT level N2.
12. Surat Perjanjian.
Seingat saya ‘hanya’ segitu. Tapi persiapannya membuat saya harus stay di kantor ibu saya pada hari Selasa
itu, sampai jam setengah sembilan malam! Karena pihak universitas tidak hanya
meminta versi hardfile, mereka juga
meminta versi soft file alias versi scan-scan-annya yang harus saya kirim
malam itu juga! Kenapa harus malam itu juga? Sebenernya saya bisa mengirimnya
esok paginya –hari Rabu--, yang penting sebelum saya kirim via pos, saya sudah
ngirim file ke imel mereka. Tapi saya
nggak mau dengan alasan ‘saya nggak tau apa yang terjadi besok’. Hasek. Malam
itu juga, saya mengirim semua file yang
diminta, kecuali surat rekomendasi dekan (karena belum jadi -_-).
Oh iya, untuk berkas yang jadi persyaratan beasiswa RS U to U, setiap universitas bisa berbeda-beda ya. Tapi
silakan saja menjadikan daftar dokumen di atas sebagai acuan. Bisa jadi
universitas yang dituju temen-temen bisa meminta dokumen lain atau malah dari
daftar di atas tidak semua dokumen diminta.
Nah, esoknya, setelah semua berkas terkumpul dan saya fotokopi rangkap
tiga semua dokumen itu (mereka nggak meminta rangkap tiga sih, saya hanya
jaga-jaga saja. Hahaha), kemudian saya kirim via EMS Pos Indonesia (dari awal
mereka sudah meminta saya untuk mengirim via EMS, tidak dengan jasa pengiriman
barang lain). Mahal ya ongkos kirimnya, hampir 200 ribu rupiah! Lalu kemudian
saya balik ke kampus lagi, scan bukti
pengiriman saya dan mengirim imel ke pihak kampus. Nah, dokumen saya kan sudah
harus sampai Jepang tanggal 26 Januari dan pihak Pos Indonesia nggak bisa
janji-janji bisa datang tepat waktu. Doh, Dek! Tapi Alhamdulillah ternyata bisa
sampai Jepang tanggal 26 Januari pagi.
Selesai!
Yakin selesai???
Itu yang malem-malem profesornya kirim imel itu dan bikin nggak bisa
tidur semaleman, nggak diceritain juga?
Hahahaha.
Ha-ha-ha
-_-“
Yang ini jangan dicontoh, Sodara Pendengar! Saya tekankan di postingan
ini ya, pokoknya (nah ya kalau sudah pakai kata pokoknya…), ketika mengirim berkas dokumen beasiswa apapun, mohon dicek dan ricek kelengkapannya,
sudah sesuai dengan ketentuan belum, dan sebagainya.
Karena…..calon profesor saya malem-malem kirim imel ke saya kalau berkas
saya ada yang salah dan kurang!
Jedeeeerrrrrr….
Demi Super Junior nari gojigo goyang 25!
Itu adalah malapetaka dari sumber malapetaka bagi para pelamar beasiswa:
dokumen salah dan kurang! Masih
untung calon profesor saya mau kasih tahu dan memberi kesempatan buat saya
untuk revisi. Kalau enggak? Langsung dicoret ret nama saya dan langsung nggak
lolos beasiswa. Puji syukur, Allah masih baik sama saya :’).
Saya langsung saat itu juga (untung lihat imel, untuuuung) revisi
dokumen-dokumen yang diminta. Tambal sana-sini, kurangi sana-sini, perbaiki
sana-sini. Setelah saya pastikeun baheuwa dokumen yang saya revisi sudah
dipastikan oke sama profesor saya, langsung pagi harinya (enggak tidur, mas
beroh!) saya lari ke kantor pos, kirim dokumen lagi!
Duit lagi! -_-
Hedeh, parah gilak! Jangan ditiru ya, temen-temen!
Baca sebelumnya:
1. Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 1) - Awal dari Semuanya
2. Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 2) - Tahap Wawancara Wow
Selanjutnya
Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 4) - PENGUMUMAN!!!!!
ja ne...