Rabu, 26 Agustus 2015

Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 2) - Tahap Wawancara Wow

Baca sebelumnya di Secuil Cerita Seorang Pemimpi: Monbukagakusho Research Student Program U to U 2015 (Part 1) - Awal dari Semuanya

Ini ceritanya meneruskan postingan yang lalu (baca tautan di atas) tentang tahapan-tahapan unik saya dalam mengikuti beasiswa Monkasho RS U to U.

Nah, tahapan selanjutnya yang harus saya ikuti adalah tahap wawancara. Seperti yang sudah saya tulis di postingan sebelumnya bahwa Bu M, dosen Nara Women's University (NWU) mengirim imel kepada saya bahwa Beliau dan kolega-koleganya 'penasaran' pada saya (baca: wawancara), sehingga ingin mengontak saya via Skype.

Jadi, teman-teman sekalian, proses ini terbilang sangat amat cepat sekali. Jarak antara saya menghubungi Kaprodi Sastra Jepang UGM via mesej Facebook, kemudian saya diimel oleh dosen NWU, hingga saya masuk ke tahap wawancara, hanya sekitar tiga hari! Atau mungkin bisa kurang. Pokoknya ini serba mefet dan sampai-sampai saya nggak sadar apa yang telah terjadi. Hahaha.

Setelah berlangsung imel-imelan yang seru itu, Bu M kemudian menetapkan tanggal wawancara pertama kami, yakni tanggal 18 Januari 2015.

Pertama? Ya, pertama.

Apa saya sudah bilang kalau tahap wawancara yang harus saya ikuti berjumlah TIGA kali?

Oh, belum ya? Maap, maap.

Bisa jadi mungkin saking penasarannya dengan kami (kata ganti berubah dari 'saya' menjadi 'kami' bukan karena tidak konsisten, baca postingan sebelumnya ya), Bu M dan kolega-koleganya meminta waktu selama tiga hari berturut-turut untuk wawancara via Skype. Hahaha. Mantaf!!!

(Jadi itulah mengapa judul postingannya adalah 'Tahap Wawancara Wow').

Hahaha.

Oke, Lanjut.

Nah, karena ada tiga hari, saya bagi waktunya berdasarkan tanggal saja ya.

Minggu, 18 Januari 2015
Teman-teman mungkin heran, hari Minggu ada wawancara beasiswa. Via Skype pula. Yah itulah Jepang, Kawans :'). Hari Minggu saya memilih kampus sebagai tempat wawancara saya. Bukan apa-apa, karena saya percaya dengan koneksi internet kampus yang yahud dan nggak putus-putus. Nggak lucu dongs kalau di tengah wawancara tiba-tiba internet mati dan buyar semua.

Nah, uniknya, beberapa jam sebelum wawancara, Bu M mengubah cara berkomunikasi kami yang awalnya menggunakan bahasa Inggris menjadi.... bahasa Jepang. Alasannya karena wawancara akan dilakukan dengan bahasa Jepang. Hehehe. Dan sebelumnya pula, Bapak Kaprodi nyempetin waktu buat telepon saya untuk menyemangati saya dan memastikan kondisi saya baik-baik saja :').

Singkat cerita, sampailah saya di kampus. Saya memilih bersembunyi di ruangan ibu saya karena kecepatan internet kampus paling mantap di situ supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk suara-suara yang tidak diinginkan. Sekitar pukul 11.00, wawancara pun dimulai. Ada tiga pewawancara, perempuan semua, salah satunya adalah Bu M.

Pertanyaan pertama mereka adalah mengenai calon penelitian saya.

Ketika saya hendak menjawab, internet tiba-tiba putus. Hiaaaaaaaaaaaaa......... Panik kan.... Tapi untungnya alhamdulillah dapat tersambung kembali. Hedeh.

Intinya di wawancara tersebut, saya banyak ditanyai mengenai calon penelitian saya. Kenapa saya memilih topik tersebut. Tentang teori. Tentang metode. Intinya ya tentang proposal penelitian saya. Wawancara hanya sekitar 20 menit. Kemudian, di akhir wawancara, mereka meminta saya untuk bertanya pada mereka mengenai hal-hal yang saya nggak ngerti tentang tahapan seleksi ini.

Wah, kesempatan, pikir saya.

Saya banyak bertanya tentang teknis-teknis seleksi beasiswa, apa yang harus saya lakukan, dan sebagainya. Karena saya benar-benar buta dengan hal-hal tersebut. Para pewawancara kemudian menjelaskan dengan sangat baik dan ramah.

Lalu kemudian, sekali lagi, Bu M mengingatkan saya bahwa seleksi ini akan berjalan sangat hectic.

Setelah wawancara berakhir, saya kembali dikirimi imel oleh Bu M. Bu M menulis bahwa pihak NWU telah menetapkan calon dosen pembimbing untuk kami. Kakak kelas saya
mendapat Bu M, saya mendapat Bu Y.

-----
Intermezzo:
Sebelum wawancara dimulai pada tanggal 18 Januari 2015, sebenarnya saya sudah memilih salah satu profesor NWU yang sekiranya sesuai dengan bidang saya. Berdasarkan pengalaman ketika wawancara RS G to G 2014, ketika wawancara, saya ditanyai mengenai calon profesor dan saya melihat bahwa para pewawancara itu mencatat nama-nama profesor dan universitas yang saya sebutkan. Jadi, untuk jaga-jaga, saya juga mencari sendiri calon profesor saya di NWU, dan meskipun saya belum menghubungi Beliau, setidaknya ketika diwawancarai, saya sudah punya jawaban mengenai nama calon profesor.
-----

Ternyata tidak sesuai dengan dugaan saya karena pihak NWU telah memberikan nama calon profesor saya. Ya sudah, malahane, pikir saya. Kemudian, malam harinya, saya dihubungi oleh Bu Y, kami imel-imelan seperti chatting-an: begitu Bu Y mengirim imel pada saya, saya langsung balas, begitu seterusnya. Kami ber-imel ria hingga pukul 12 malam waktu Jogja alias pukul 2 malam waktu Jepang! Setelah sekiranya imel Beliau tidak membutuhkan balasan dari saya, saya akhirnya tidur (ngantuk, Bro!)

Senin, 19 Januari 2015
Wawancara kedua ini berlangsung pada pukul 11.30. Lagi-lagi saya memilih kampus sebagai tempat wawancara. Kali ini, tema wawancaranya adalah mengenai tema skripsi saya. Saya banyak ditanyai tentang isi skripsi saya, alasan memilih objek penelitian, dan sebagainya. Untung saja tema skripsi saya berhubungan dengan tema calon penelitian saya, sehingga ketika ditanya sudah terbiasa menganalisis objek kajian saya (film), saya menjawab sudah.

Tak lupa para pewawancara mengingatkan mengenai berkas alias dokumen yang harus saya kumpulkan. Mereka mengingatkan bahwa saya membutuhkan rekomendasi dekan dan kaprodi S2 saya (oh iya, pada saat itu saya sedang mengambil program S2 Ilmu Linguistik UGM). Dan seluruh persyaratan dokumen yang dibutuhkan harus sudah dikirim ke Jepang via pos pada hari Rabu --sehari setelah tes wawancara--!!! 

Jadi inilah yang dimaksud dengan hectic oleh Bu M. Hmmm... Okeh, semangat Fia!!

Selasa, 20 Januari 2015
Wawancara terakhir. Akhirnya. Lagi-lagi saya memilih kampus sebagai tempat wawancara. Ehehehe. Kali ini wawancaranya lebih santai karena para pewawancara sebenarnya ingin kenal lebih jauh lagi dengan saya. Pertanyaannya lebih ringan dan personal. Misalnya, 

"Nggak papa nih jauh dari keluarga?"
"Apa yang kamu ketahui tentang Nara?" ("Kota dengan banyaaaaaaak peninggalan sejarah") 
"Kamu suka budaya Jepang juga?" 
"Kamu kan muslim, makanannya di sana nanti gimana?"
"Eh rumahmu kan jauh tuh dari UGM, berapa lama jarak rumah ke kampus?" 

Ada kalanya bahkan diselingi ketawa-ketawa. Tapi menurut saya, pertanyaan paling unik di tahap wawancara ini adalah

"NWU itu kampus khusus cewek lho, kamu NGGAK PAPA, kan?"

Zzzz.... Hahahaha.... 

Jadi intinya, ketika teman-teman nanti berhadapan dengan pewawancara beasiswa via video call, perhatikan hal-hal berikut ini: 
1. Koneksi internet dan tempat wawancara. Serius. Saya sempat kebingungan akan wawancara di mana. Di rumah jelas nggak bisa diharapin. Saya sempat pengen wawancara di warnet, tapi errrrr.... Nggak bebas bicara. Akhirnya saya putuskan di kampus dengan pertimbangan kecepatan internet dan (biasanya sih) kalau hari Minggu, kampus sepi. 
2. Apabila peserta wawancara tidak hanya teman-teman, tapi ada orang lain yang masih satu lingkungan dengan teman-teman, saya sarankeun untuk wawancara secara terpisah. Beda tempat. Kenapa? Ternyata itu mempengaruhi psikis kita dalam menjawab pertanyaan. Percayalah. 
3. Jawab pertanyaan dengan lugas, yakin, pede, tapi tetap rendah hati. Keuntungan wawancara via Skype yang saya lakukan tersebut adalah saya dan pewawancara memiliki jarak. Berbeda ketika saya wawancara RS G to G tahun lalu yang mengharuskan saya bertatapan langsung dengan empat pewawancara. Ada atau tidak adanya jarak ternyata mempengaruhi mental saya juga dan kemampuan menjawab pertanyaan (mungkin terdengar sedikit aneh, tapi itu benar)
4. Ketika pewawancara mengajukan pertanyaan, "Ada yang mau ditanyakan?". Tanya saja. Sekritis mungkin mengenai beasiswa yang sedang kita apply. Mumpung kita berhadapan dengan penyelenggara beasiswa. Jelas, sebagai seorang peserta kita memiliki hak untuk bertanya. Bertanyalah dengan bahasa yang sopan dan tentu saja hindari pertanyaan mengenai hal-hal yang sudah jelas. 
5. Selalu tersenyum. Usahakan tidak terlalu grogi. 
6. Pakailah baju yang sopan dan rapi. Siapa tahu pewawancaranya naksir bros yang temen-temen pakai *uhuk* pengalaman *uhuk*
7. Kuasai tema skripsi teman-teman dan proposal penelitian teman-teman. Dari pengalaman wawancara RS G to G (ya, saya banyaaaaak belajar dari wawancara itu), yang terpenting bukan kemampuan berbahasa asing teman-teman --entah itu bahasa Inggris atau bahasa Jepang--, tetapi penguasaan materi proposal penelitian teman-teman, keurgensian proposal penelitian teman-teman sehingga harus dilakukan di Jepang, misalnya. Dengan demikian, apabila teman-teman mendapatkan pertanyaan yang sedikit 'menjatuhkan', teman-teman bisa mempertahankan tema teman-teman dengan jawaban diplomatis nan akademis (?). 


ja ne...

Tidak ada komentar: