Minggu, 17 April 2011

Tanda Tanya

HATI-HATI
MUNGKIN TULISAN INI AKAN MENIMBULKAN KONTROVERSI JUGA
*hayah*
----------------------------------------------------------------------------------

Sebelumnya, mungkin sudah pada bosan dengan ulasan-ulasan mengenai film '?'. Sudah saya duga sebelumnya --ketika pertama kali baca artikel koran tentang film ini-- bahwa film ini akan kontroversial. Karena --menurut kesotoyan saya-- film-film bertema religi (film '?' saya kategorikan sebagai film religi) yang ada di Indonesia selama ini masih bertema 'aman'. Kasihlah contoh 'Ayat-Ayat Cinta', 'Ketika Cinta Bertasbih', atau 'Sang Pencerah'. Walaupun emang ada sih yang bikin kontroversial kayak 'Perempuan Berkalung Sorban'. Tetapi sejauh ini, belum ada film yang se'berani' '?'.

Film'?' bercerita tentang enam anak manusia yang mempunyai sifat berbeda-beda, budaya berbeda, agama berbeda, namun saling berkaitan. Di bawah ini, saya akan mendeskripsikan karakter mereka masing-masing:


1. Soleh (Reza Rahadian): seorang pengangguran yang mempunyai idealisme yang keras, temperamen keras, yang ingin selalu menjadi orang yang berguna di mata istri dan anaknya, nantinya ia akan menjadi anggota banser NU.














2. Menuk (Revalina S. Temat), istri Soleh, seorang perempuan solehah berjilbab --pokoknya imej perempuan solehah ada di dia semua deh--, yang bekerja di restoran Chinese Food yang menyediakan menu daging babi dan non babi. Punya cerita masa lalu dengan Hendra.













3. Surya (Agus Kuncoro), tokoh paling kocak di film '?', seorang aktor figuran selama 10 tahun, sekalinya dapat tokoh peran utama, ia mendapatkan peran sebagai Yesus di malam Jumat Agung. Tentunya, hal tersebut bertentangan dengan keyakinannya sebagai seorang muslim.













4. Rika (Endhita), janda cerai satu anak. Sahabat Menuk dan Surya. Salah satu korban efek buruk poligami: bercerai dengan suaminya karena suaminya akan poligami. Akhirnya ia berpindah agama dari Islam ke Katolik. Ia mendapat cemoohan setelah pindah agama dan mendapat protes dari Abi, anaknya yang sering berkata, "Ibu sekarang berubah!". Namun masih sering antar-jemput Abi yang setiap malam mengaji di masjid.












5. Ping Hen alias Hendra (Rio Dewanto). Tokoh favorit saya di film ini *hasyah*. Seorang pemuda keturunan Tionghoa, anak dari Tan Kat Sun, pemilik restoran Chinese Food tempat Menuk bekerja. Bertempramen keras, seperti Soleh. Ia sering konflik dengan orang tuanya, yang menginginkan Hendra untuk meneruskan usaha keluarga. Mempunyai masa lalu yang menurutnya kelam dengan Menuk.












6. Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman). Tokoh favorit saya juga. Ayah dari Hendra. Pemilik restoran Chinese Food yang sangat open mind. Ia bertoleransi terhadap pegawai-pegawainya yang notabene beragama muslim, misalnya selalu mengingatkan pegawai-pegawainya untuk sholat, memisahkan alat masak yang untuk babi dan non babi, memasang gorden ketika puasa, dan memberikan kesempatan pegawai-pegawainya libur ketika Idul Fitri. Sering dibuat jengkel dengan kelakuan anaknya, Hendra.










Tuh kan, deskripsi saya tentang karakter-karakter mereka saja sudah bikin kontroversi. Hahaha. Kalau menurut saya --yang mencoba untuk netral--, film ini memang bagus. Bagus bagi mereka yang memang berpendapat bahwa salah satu fungsi film ya memang merepresentasikan kehidupan sehari-hari; ya MEMANG itulah faktanya. Dan fenomena seperti itu mungkin nggak hanya terjadi di Semarang --setting film ini-- tapi juga di seluruh Indonesia. Indonesia kan negara yang berasaskan Pancasila, bukan negara yang berasaskan 'golongan-mayoritas' saja dan tahulah Indonesia punya berapa banyak suku, etnis, dan budaya.

Tapi bagi yang memang menilai film ini sesat, jelek, isinya malah mbener-benerin suatu hal yang menurut keyakinan suatu agama tertentu itu nggak boleh, dosa besar, ya monggo-monggo saja. Bahkan MUI juga katanya melarang film ini. Penafsiran seseorang atas suatu hal kan bisa bermacam-macam. Termasuk film ini, yang katanya multi-tafsir. Saya kebetulan adalah seorang muslim dan di dalam agama Islam juga Al-Quran itu multi-tafsir. Apalagi film, ya kan? Tapi, asal tahu saja, semakin kontroversial dan semakin dilarangnya suatu hal, justru orang akan berbondong-bondong ingin mencari tahu, bagaimana pun caranya. Dengan kata lain, promosi gratis. Hahaha.

Saya sih suka-suka aja film ini. Idenya bagus. Tapi sayangnya, saya agak terganggu dengan ending film ini. Dimulai dari Soleh menemukan bom di dalam gereja dan seterusnya. Saya cukup terganggu. Saya dan teman-teman saya yang ikut menonton berharap bisa LEBIH 'wah' dari itu. Jujur, mood saya langsung anjlok. Dan saya yang berniat applause keras banget setelah nonton film ini, harus saya urungkan. Padahal saya termasuk (mungkin) jutaan penonton film Indonesia yang haus dengan film Indonesia bermutu yang sekarang isinya kalo' gak horor semi bokep, ya bokep semi horor. Tapi gak papa lah, toh saya agak puas juga dengan film '?'. Film ini saya beri nilai 7,5 dari 10.

O ya, saya punya pertanyaan yang agak bersifat dugaan (atau dugaan yang agak bersifat pertanyaan?) buat Hanung Bramantyo (betewe, beliau dulu pernah sekolah di SMA saya lho. so?) : mengingat Hanung Bramantyo ini akhir-akhir ini jadi sering menyutradarai film religi, apakah beliau ini jadi latah bikin film religi?
*semoga salah yah :P*


ja ne...

Nggak Jelas

Si empunya blog rupanya sedang malas untuk memposting sesuatu di blognya. Dia bilang kalau sesekali memang menyempatkan diri untuk membuka blognya, sekedar melihat-lihat jikalau ada postingan baru, lalu menutupnya. Begitu berkali-kali, sampai ia merasa,

"Garing s'kali blog aku ini"

Si empunya blog memang sudah merasakan bahwa blognya memang garing. Garing pake' 'a' (gariiiiing). Isinya postingan yang nggak mutu. Aslinya, si empunya blog memang membuat blog dengan tujuan menuliskan hal-hal yang ia rasakan --semacam diary-- dan memang tidak disiapkan untuk dibaca orang-orang.

Ah sudahlah. Toh si empunya blog emang nggak jelas ini.


ja ne...

Sabtu, 02 April 2011

Triple Combo *yeah*

Triple combo kayaknya cocok buat mendeskripsikan apa yang saya rasakan selama seminggu ini.
Judulnya sok-sok dihubung-hubungin sama game-game gitu deh, padahal sendirinya sama sekali nggak ngerti game. Hahaha.


Combo yang pertama, saya yakin teman-teman seangkatan saya banyak yang sudah merasakan:

PROPOSAL SKRIPSI
alias SKRIPSI BAB SATU.

Untuk yang satu ini, *silakan bilang saya lebay* saya (dan mungkin banyak yg lainnya juga) menghabiskan energi yg luar biasa banyaknya *lagi-lagi lebay* untuk membuat sebuah proposal skripsi yang bagus dan BERMUTU. Nah ini dia: BERMUTU. Sori ni ye kalo ke-sotoy-an saya kumat lagi. Saya sangat sangat sangat sangat sangat bersyukur ada ibu saya yang bisa membantu saya dalam mengerjakan proposal skripsi. Karena memang bikin karya tulis ilmiah itu salah satu bidang dari sekian banyak bidang yang dikuasai beliau. Tapi, di sinilah masalahnya: saya (dan teman-teman satu kelas saya) keliatan banget kalau belum siap menghadapi proposal skripsi. Jurusan saya memang tidak seperti jurusan ibu saya yang mahasiswa-mahasiswanya memang disiapkan untuk menulis makalah-makalah atau semacamnya; bagaimana nulis makalah yang benar, bagaimana bikin daftar pustaka yang benar, bagaimana penggunaan kata depan dan kata imbuhan, dan bla bla bla. Di jurusan saya nyaris lho nyaris tidak diajarkan seperti itu. Oleh karena itulah, ketika pertemuan pertama mata kuliah Seminar Skripsi, dosen pengampu langsung menyuruh kami untuk membuat proposal skripsi dalam waktu satu minggu. Nggak ada angin, nggak ada hujan. Kalau minggu depannya nggak dikumpulin, artinya bye bye alias mengulang Seminar Skripsi tahun depan. Idiiiih... Ogah banget gilak. Pun dengan penjelasan mengenai bentuk dan struktur proposal skripsi yang sangat sangat terbatas. Tak heran, ada perbedaan pemahaman antara saya dan dosen saya. Misalnya, ibu saya berkata tentang A dan karena ibu saya memang pakarnya, yo saya manut-manut aja. Tapi setelah dikonfirmasi ke dosen pengampu saya, ternyata beliau bilangnya B. Saya nggak tahu kenapa, tapi yang jelas itu membuat saya bingung. Mungkin lho mungkin karena beda jurusan, standarnya pun juga beda. Mungkin.

Dan akibat dari combo yang satu ini, saya kembali memakmurkan perpustakaan fakultas. Hahaha. Alhamdulillah, banyak referensi yang saya dapatkan: entah dari buku-buku koleksi atau dari skripsi-skripsi yang sudah ada sebelumnya. Dan untuk skripsi-skripsi, saya membuat satu kesimpulan yang sangat subjektif ditambah agak sarkastik dikali sinistik kuadrat *halah*: skripsi-skripsi dari jurusan saya bisa dibilang lebih tipis daripada jurusan lain. Subjektif banget ya? Hahaha. Tapi kata dosen saya sih, kuantitas jumlah halaman skripsi itu belum tentu menggambarkan kualitas skripsinya (yang saya balas dengan anggukan kepala).

Deadline revisi proposal skripsi yang udah fix se-fix-fixnya adalah hari Senin tanggal 11 April besok. Barengan sama mid semester. Semoga saya bisa mbikin proposal skripsi yang (setidaknya) bermutu bagi saya (dan ibu saya). Bukannya sok perfeksionis, tapi daripada bikin prop-si –singkatan dari proposal skripsi yang dibuat teman-teman saya yang menurut saya agak aneh—ecek-ecek pedehel kita bisa bikin yang bagus, kenapa enggak?

Combo yang kedua : dua dosen saya dari dua mata kuliah yang berbeda (Mengarang dan Percakapan) kompakan ngasih tugas buat mahasiswanya: bikin naskah pidato. Teman-teman saya curiga kalau dua sensee saya tersebut janjian. Errr nggak masalah sih sebenarnya, toh kata sensee saya naskah pidatonya boleh sama :D

Untuk yang ini, saya kasih satu setengah kick untuk Mengarang (Sakubun) dan satu setengah kick untuk Percakapan (Kaiwa). Jadinya, 3 kick = COMBO

*apasih* -_-“

Combo yang ketiga: ini yang paling menyakitkan: SARIAWAN. Sebenernya, saya lebih sering sariawan daripada orang lain, tapi yang ini beda. LEBIH sakit, LEBIH besar, dan di LIDAH. Saya lupa kenapa bisa kena sariawan ini, tapi yang jelas selama beberapa hari ini, saya nggak punya nafsu makan. Saya nggak bisa makan dengan normal. Dan semakin ke sini, sariawannya bertambah besar dan infeksi. Dan tadi malam, saya mengalami yang namanya panas dalam super hebat. Nggak ngenakin banget. Sampai saya nggak bisa tidur. Serius. Entah karena saya overdosis obat sariawan atau nyeri yang dihasilkan dari sariawannya itu menjalar ke mana-mana: tubuh lemes, sempoyongan, pusing, dll. Teman saya yang baik hati, Sarah, merekomendasikan jeruk purut yang dibagi dua terus ditetesi ke sariawannya. Sakit memang. Tapi katanya manjur. Adik kelas saya, Rini, lebih ekstrim lagi. Dia berkata bahwa kandungan vitamin C paling banyak ada di cabe, jadi oleskan cabe di sariawannya. Saya nggak berani soalnya saya punya maag -_-“. Beberapa teman saya dan tante saya merekomendasikan salah satu obat sariawan oles yang sering diiklanin di TV. Tapi, saya terlanjur ilfil dengan produk tersebut karena sifatnya yang multifungsi. *lho bukannya kalo multifungsi itu bagus ya?* Kalo multifungsinya selain untuk sariawan tapi juga bisa untuk membersihkan *ehem* *maaf* organ kewanitaan sih.... Chotto.... *silakan membayangkan setelah membersihkan organ kewanitaan, Anda memakai produk tersebut untuk mengobati sariawan Anda*. Murid saya yang berasal dari Singapura merekomendasikan garam untuk obat sariawan. Dan kemarin, iseng-iseng saya coba, daaaaan..... sakit sekali, saudara-saudara. Saya menggelinjang (?) seperti uler yang dikasih garam. Ibu saya yang sudah mengerti penderitaan saya, menyuruh saya ke dokter. Ke dokter untuk berobat sariawan? Kok nggak elit. Hahaha.

Tapi bener deh, Tuhan BARU ngasih sariawan di lidah, saya nggak bisa menikmati makanan berhari-hari. Ckckck... *istighfar*. Dan kalo ada quote “Lebih baik sariawan di lidah daripada patah hati”, sori dori mori stroberi, saya nggak setuju.

Entah kebetulan atau enggak, di majalah AURA edisi minggu ini (minggu ke-4 Maret 2011), dibahas tentang penyebab sariawan:

a. Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi

b. Adanya infeksi virus dan bakteri. Selain itu, ada juga yang bilang kalau sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal *nah loh apa itu* pada rongga mulut.

c. Stres. Stres yang dialami warga kota yang sibuk katanya juga ada hubungan timbulnya sariawan





ja ne...