Jumat, 29 Juli 2011

Nanggung (Part 3)

Terkadang, ketika ditawari sesuatu, tanpa berpikir panjang, aku menerimanya. Dengan alasan yang kadang-kadang nggak masuk akal, aku menepis anggapan orang-orang di sekelilingku bahwa (menurut mereka) yang kulakukan itu belum tentu benar. Dan itulah yang menjadi bumerang buatku. Semakin dekatnya aku dengan sesuatu itu, bukannya semakin mantap, tapi malah semakin ragu-ragu. Aku malah jadi kepingin lari dari sesuatu itu. Fyi, selain bikin masalah, lari dari masalah adalah keahlianku :P. Tapi lagi-lagi, bayangan bahwa kalau aku lari dari sesuatu itu justru malah (sesuatu itu) nggak selesai, tapi akan membuat masalah baru yang mungkin lebih besar, justru semakin menciutkan nyaliku untuk lari. Jadi, akhirnya, sekarang aku terjebak di antara sesuatu yang sudah aku pilih dan rasa ragu-ragu yang semakin memuncak. Capek deh. Cen nanggung kok.

Nanggung Part 1
Nanggung Part 2

ja ne...

Kamis, 28 Juli 2011

Sabar

Sabar. Sabar. Sabar.
Sabar itu subur. Tidak sabar itu tidak subur.

ja ne...

アイシテル 平井堅

ねぇ、どこにいるの?
君の声を聞かせてよ
届かない 
願いでも
僕は叫び続ける
愛してる
:'(

じゃね~

Rabu, 27 Juli 2011

Selasa, 26 Juli 2011

Aku bingung.
Kata "teman" bagi aku dan mungkin bagi banyak orang lain adalah kata yang super ajaib. Di mana-mana kita sering denger kalimat, "Ah masa' sama temen gitu sih?" atau "Sama temen aja kok itung-itungan?". Kadang aku mikir, pantes nggak sih kita minta hak kita pada teman sendiri setelah kita membantu mereka?
Membantu di sini maksudnya memberi jasa yang kalau kita lakukan di luar sono noh (alias secara propesional), kita akan dapat hak yang 'pantas'.
Tau maksudku?

Dibilang matre ya monggo. Tapi mau gimana lagi, di dunia ini kita nggak bisa hidup kalau cuma punya modal cinta je. Hahaha.

ja ne...

Kalau Tuhan Memberi...

Kalau Tuhan memberikanku tambahan ekstra lebih pada panca indraku, aku ingin punya kemampuan mendeteksi benda-benda hilang atau ketlingsut.
Yang pasti itu akan sangat berguna bagiku yang lumayan slebor ini.
Huf.


ja ne...

Kamis, 14 Juli 2011

Tiptoe Through The Tulips (1929)

Tiptoe through the window
By the window, that is where I'll be
Come tiptoe through the tulips with me

Oh, tiptoe from the garden
By the garden of the willow tree
And tiptoe through the tulips with me

Knee deep in flowers we'll stray
We'll keep the showers away
And if I kiss you in the garden, in the moonlight
Will you pardon me?
And tiptoe through the tulips with me


Kalau yang sudah menonton film INSIDIOUS, pasti tahu lagu ini. Hahahaha. Karena penasaran, saya donlod lagu ini dan wew ada aroma serem tiap saya puter lagu ini. Wkwkwk. Lagu ini diciptain tahun 1929 booo'. Dan yang saya punya dinyanyikan lagi oleh Tiny Tim tahun 60-an :O

ja ne...

I Hope - FT Island



Tadi pagi buka Youtube dan nemu video ini. Lucu :D
Sebenernya, saya juga lagi suka FT Island, sunbae-nya CN Blue nih. Sama-sama beratapkan FnC. Lucu lucu lucu :D:D:D

ja ne...

Jumat, 08 Juli 2011

Di Mata Skripsi... (Nanggung Part 2)

Kemarin, baca tweet-tweet geje milik @deritamahasiswa. Dan saya menemukan sebuah tweet yang menggelitik dan cukup menyindir saya:

"Mungkin di mata skripsi, saya adalah orang yang tidak menepati janji untuk bertemu"

Ha-ha-ha-ha...
Asem -_-"


ja ne...

Nanggung

Dibilang ada kerjaan juga enggak, dibilang produktif juga enggak.
Tapi kalau dibilang nganggur, nggak terima.
Nanggung


ja ne...

Sabtu, 02 Juli 2011

Curhatan Orang yang Lagi Curhat

Hai

Pernahkah kalian menyapa seseorang dengan sapaan seperti ini:

1. 1. Eh kok kamu gendutan ya?

atau

Eh 2. Eh kok kamu masih pendek sih?

atau

3. 3. Eh bajumu kok nggak cocok ya sama badanmu?

Pernah? Pernah?

Kalau kalian bilang ‘iya’, dengan sangat menyesal, saya katakan bahwa semua sapaan di atas itu TIDAK SOPAN.

Tahu kenapa?

Coba kalian bayangkan: kalian sudah merasa bahwa diri kalian tambah langsing (yang secara psikologis, ingin dipuji orang lain) dan tiba-tiba saudara atau teman kalian menyapa kalian di pagi hari dengan sapaan nomor satu itu.

Atau

Kalian sudah mantap dengan dandanan kalian hari ini (yang lagi-lagi secara psikologis –sadar atau tidak—ingin dipuji orang lain), tapi teman atau saudara kalian berkomentar kalau dandanan kalian itu tidak pantas buat kalian.

Bagaimana perasaan kalian?

Sakit hati?

Atau malah biasa saja?

Kalau saya, akan merasakan hal yang pertama: sakit hati. Beberapa teman saya berkomentar bahwa saya terlalu berlebihan. Saya memang lebay kok. Saya sayain itu. Tapi, mereka yang berkomentar seperti itu tidak tahu bahwa mengomentari fisik dan penampilan orang lain dengan hal-hal yang negatif itu, tidak sopan. Orang Indonesia sudah menganggap bahwa sapaan-sapaan seperti yang saya sebut di atas adalah hal yang biasa, tidak perlu diperdebatkan, tidak perlu dipermasalahkan.

Justru itu yang sangat berbahaya.

Orang Indonesia akhirnya mempunyai pola pikir bahwa sapaan-sapaan yang melecehkan fisik dan penampilan orang lain adalah hal yang wajar, tanpa memedulikan betapa susahnya si lawan bicara dalam melakukan program diet atau betapa nyamannya ia berpenampilan seperti itu.

Apa susahnya sih kita memuji lawan bicara kita sebagai sapaan?

Apa susahnya sih kita berkata pada lawan bicara kita bahwa ia semakin cantik atau tampan?

Apa susahnya sih kita berkata pada lawan bicara kita bahwa ia sangat pantas dengan stylenya hari ini? Betapa anggunnya dia pakai baju seperti itu atau betapa bagus dasinya yang ia pakai.

Bukankah kalau kita memuji dia, dia akan senang, dan kita tidak akan rugi?

Kasarannya gini:

Puji sajalah, walaupun harus berbohong.

Toh sebagai manusia, bukankah kita suka kalau orang lain memuji penampilan kita?

Mana ada sih orang yang nggak suka dipuji?

Makanya, pujilah orang lain. Dan janganlah dikau mencela orang lain kalau dirimu memang tidak suka dicela orang lain (aduh bahasanya).

Jujur, saya tumbuh di keluarga yang sukanya menyapa dengan hal-hal negatif seperti itu. Saya tumbuh dengan mind set di kepala saya bahwa hal-hal tersebut wajar. Tetapi, akhirnya saya mendapatkan pencerahan bahwa hal itu salah, nggak baik, de el el.

Saya jadi inget kapan saya mulai nggak suka disapa hal-hal seperti itu. Ada kerabat saya yang menyapa saya dan mengatakan bahwa saya bertambah gemuk. Sakit ati dong saya. Gile loh. Pada waktu itu saya merasa sudah agak kurus dan helllooooo.... dalam setahun, saya HANYA bertemu dengan kerabat saya itu DUA kali: Idul Adha dan Idul Fitri. Adil nggak kalau dia mengatakan hal seperti itu pada saya, sedangkan dia sebenernya sama sekali nggak tahu tentang saya?

Lagipula (maaf), secara fisik, ia jauuuuuuuuuuh lebih besar dari saya.

Dan kalau bukan karena dia jauh lebih tua dari saya, saya pasti akan mengatakan hal-hal seperti itu dengan suara keras dan di depan orang banyak.

Kedengarannya jahat ya?

Lha wong sana jahat duluan sama saya kok. Aneh kalau dia lebih sakit hati daripada saya.

Dan omong-omong pengalaman dengan kawan saya, nggak peduli dia sahabat atau bukan, saya juga mulai tegas sama mereka. Entah itu lucu atau enggak buat mereka, yang jelas saya nggak suka fisik saya dikomentarin negatif seperti itu. Saya pernah marah. Benar-benar marah dengan salah seorang kawan saya yang nggak bisa berhenti mengganggu saya dengan komentar-komentarnya yang luar biasa nyebelin itu. Saya sudah berkali-kali mengingatkan dia bahwa itu tidak sopan, tapi dia tetap ngeyel. Setiap ia menyapa saya seperti itu, mood saya langsung drop. Sedrop-dropnya. Sampai akhirnya, saya muntab. Saya tau niatnya hanya bercanda. Tapi sumprit burung emprit, saya nggak suka. Itu nggak lucu.

Jadi, kalau suatu hari kalian menyapa saya dengan sapaan-sapaan seperti itu, siap-siap kena ‘tanduk’ saya. Hahaha.




ja ne...