Rabu, 23 Juli 2014

Untuk Teman-Teman Perempuanku: Kalau Nemu yang Seperti Ini, Lawan Saja!

Hari ini aku sebal bukan main. Sebal pada sekumpulan laki-laki tak tahu diri yang melecehkan perempuan di bulan Ramadan ini. Aku tidak main-main. Pelecehan. Perempuan.

Di belakang rumahku, sedang dibangun asrama putri tiga lantai milik pondok pesantren tetangga. Yang lantai satu sudah selesai sejak beberapa tahun lalu dan sudah ditinggali. Sekarang, pihak pondok pesantren sedang membangun asrama putri lantai dua dan tiga --sepertinya karena jumlah santri yang terus-terusan bertambah tiap tahunnya--.

Pengerjaannya dimulai sejak dua bulan terakhir. Sebagai tetangga, aku mulai terbiasa dengan suara alat-alat pertukangan yang lumayan keras di telinga. Ya wajar saja, namanya juga baru bangun asrama. Tulisan spanduk 'Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini' yang dibuat oleh pengasuh pondok pesantren, bertengger di sana sini. Aku sangat mengapresiasi. Terlebih karena aku dan keluargaku memang tidak ada masalah dengan para pengasuh ponpes itu. Catet. Tidak ada masalah. Mereka semua orang baik. Santun, berbudi, berpendidikan, dan beragama. Tak ada masalah sama sekali.

Hingga siang tadi, kenyamananku diganggu oleh para pekerja bangunan itu. Yang membuatku sangat marah, malu, dan luar biasa tersinggung. Sudah jadi hal yang biasa kalau dalam pengerjaan suatu bangunan, para pekerja itu beristirahat ketika Duhur tiba. Sama halnya dengan mereka. Aku nyaman-nyaman saja gulang guling di rumah, mainan laptop dan ngutak atik ponsel pintarku. Dan sering juga dari dalam rumah aku mendengar mereka ngobrol, bercanda, atau berdendang. Biasalah.

Sampai akhirnya, aku kaget bukan kepalang dengan ulah para pekerja bangunan itu. Mereka mulai bernyanyi dengan lirik yang tidak senonoh, luar biasa cabul, dan di dalamnya menyebut *maaf* alat kelamin laki-laki dalam bahasa Jawa.

Jelas sekali. Pelecehan.

Mereka tahu kalau lantai satu asrama itu digunakan oleh santri-santri putri. Mereka tahu bahwa sebagian dari santri itu pasti mendengar mereka bernyanyi. Mereka tahu. Dan mereka menggunakan nyanyian itu untuk --entahlah-- mengambil daya tarik (apanya? Nggilani begitu!) atau cari perhatian dengan cara yang sangat tidak intelek. *ketika ngetik ini, aku kembali ingat lirik cabul itu dan aku nyaris muntah-muntah*. Dan mereka melakukan itu di lingkungan pondok pesantren! Di bulan puasa pula!

Gila, gila, gila!!!

Sekali lagi, ini pelecehan!

Detik itu juga, aku langsung memberi tahu pihak pondok pesantren. Nyai yang mengelola asrama itu adalah orang baik. Beliau selalu mau mendengar masukan dari para tetangganya. Nggak heran, karena Beliau juga pernah menjadi politikus dan sangat vokal memperjuangkan hak-hak perempuan. Well, lucky me!

Kembali lagi ke masalah pelecehan seksual.

Pelecehan tidak hanya identik dengan pelecehan fisik, macam pemerkosaan, kawan-kawanku yang baik. Pelecehan juga ada yang bentuknya verbal. Seperti yang dilakukan oleh para pekerja bangunan itu. Ada lagi yang sebenarnya juga masuk ke dalam kategori pelecehan verbal, tapi sayangnya banyak dari kita, para perempuan, yang tidak sadar dengan hal itu. Macam begini:

"Suit... Suit...."
"Eh, ada cewek cantik nan seksi lewat..."
"Assalamualaikum, ukhti....."
"Hai, sayang, I love you, muah..."
dan masih banyak lagi, masih banyak lagi.

Kita, para perempuan, pasti pernah diperlakukan seperti itu oleh laki-laki asing di suatu tempat. Sebelum aku tahu kalau itu termasuk ke dalam pelecehan seksual, biasanya aku cuma diam, memberi pandangan tak suka, lalu berlalu.

Ternyata aku salah.

Hal yang seperti itu, harus dilawan! Kita harus berani melawan. Jangan mau direndahkan seperti itu. Diam ternyata bukan pertanda baik. Kalau kita bicara, mereka akan tahu apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Biarkan saja mereka kaget, syok dengan 'tegasnya' kita. Biar saja. Supaya mereka tahu kalau perempuan itu tidak boleh diperlakukan seperti itu.

Jadi, kawan-kawanku sesama perempuan, kalau nemu yang seperti ini, lawan saja!

UPDATE 24/07:
Kata Sarah, lebih baik para perempuan dibekali ilmu bela diri. Ya, setuju. Buat jaga-jaga kalau-kalau ada apa-apa. Lalu, dia mulai blunder seperti biasa: sekalian dibekali ilmu tenaga dalam, katanya. Baiklah.

Mungkin yang dia maksud, seperti ini:

Ini adalah ilmu tenaga dalam terdahsyat yang pernah kukenal: Kungfu Peremuk Tulang
 *nah kan makin ngaco. Sudah, ah*

ja ne...

Kamis, 17 Juli 2014

The Confusing Teens

Hai, apa kabar?
Lama tak jumpa ya. Akhir-akhir ini, saya malas ke warnet karena warnet langganan saya selalu penuh di siang hari. Sedangkan, sejak bulan puasa ini, saya selalu bangun siang. Walhasil, koleksi Running Man saya masih mentok di episode-episode yang itu-itu saja. Tapi untungnya beberapa waktu yang lalu, kawan saya membawa kabar gembira pada saya (please, please, please jangan dikait-kaitkan dengan 'manggis'), kalau dia membawakan file penuh berisi serial 'Hormones: The Confusing Teens'. Saya yakin, kalian sudah kenal sama serial Thailand ini dari Kompas TV karena serial ini pernah diputar di sana beberapa waktu yang lalu.

Ki-ka: Tar, Phoo, Dow, Toei, Win, Kwan, Sprite, Mhog, dan Phai 
Serial ini adalah serial dengan tokoh utama yang banyak sekali, 9 orang. Setiap episode, serial ini punya tokoh utama sendiri, tapi tokoh-tokoh yang lain juga dimunculkan, meski porsinya nggak banyak. Menceritakan kehidupan remaja Thailand yang benar-benar njelimet dan memusingkan (mangkanya judulnya 'The Confusing Teens'!). Mulai kehidupan sekolah, percintaan, masalah keluarga, cita-cita, dan pergaulan. Yang saya sukai di serial ini adalah tidak ada tokoh yang benar-benar suci dan jahat. Semuanya abu-abu. Mereka bersembilan ini masing-masing punya masalah sendiri-sendiri, punya --meminjam istilah anak kekinian-- kegalauan sendiri-sendiri. Namanya juga anak remaja. Darah muda, kalau kata Bang Haji Rhoma Irama.

Sebenarnya saya nggak berhak menilai apakah serial ini benar-benar menunjukkan keterwakilan anak muda Thailand saat ini. Karena saya nggak ngerti apa-apa soal Thailand, kecuali buahnya yang enak-enak dan tempatnya yang asik-asik.Tapi secara umum, serial ini menunjukkan bahwa dinamika remaja ya bisa jadi memang seperti itu adanya, meski menurut saya 'Hormones The Series' ini menggambarkannya terlalu gamblang dan detil (hahaha). Hang out sama temen, nggosip, ngecengin gebetan, ngelabrak-ngelabrak, berontak sama ortu dan guru, nyoba-nyoba ngerokok atau seks bebas, dan masih banyak lagi. Mungkin, bisa jadi, kreator Hormones The Series ini ingin menghidupkan anak muda Thailand melalui serial ini, melalui wajah-wajah macam Win, Kwan, Sprite, Phai, Mhog, Tar, Phoo, Dow, dan Toei. Meski --sekali lagi-- saya nggak bisa menilai tentang keterwakilan anak muda Thailand di serial ini, tapi bisa dilihat dari sambutan penonton Thailand yang sangat luar biasa. Penggemarnya banyak sekali. Dan kalau itu dijadikan tolok ukur keterwakilan anak muda, ya bisa jadi. Bisa jadi. Ya, bisa jadi.

Banyak pesan yang bisa dipetik dari serial ini. Bahwa lingkungan, terutama keluarga, punya peranan yang sangat vital terhadap perkembangan karakter remaja. Pergaulan juga memberikan andil besar terhadap masa depan remaja; salah gaul bisa hancur masa depan kita. Serial ini juga memperlihatkan bahwa remaja sebenarnya sangat kritis terhadap persoalan sekelilingnya, tapi mereka tidak punya wadah untuk mengeluarkan uneg-unegnya karena orang dewasa terus-terusan memerintah mereka untuk menjadi anak baik, pintar, dan sebagainya tanpa memikirkan apa yang diinginkan dan dirasakan para remaja tersebut. Melalui Hormones The Series ini, sang kreator rupanya ingin menyampaikan bahwa remaja seharusnya dibimbing, diarahkan, bukan hanya diperintah tanpa tahu mengapa mereka harus melakukan itu.

Bisa jadi sebenarnya di Thailand --tidak, tidak, mungkin juga di seluruh dunia-- ada anak macam Win yang populer (dan sadar kalau dia populer), tapi sebenarnya dipenuhi keraguan, rasa bersalah, dan masih bingung menentukan arah hidupnya (tsaah), jadinya menclok sana, menclok sini; atau Kwan, si gadis sempurna yang sebenarnya melakukan hal-hal baik karena 'tuntutan peran' dan merasa tertekan dengan label 'sempurna' yang dilekatkan padanya; atau Mhog, fotografer yang pendiam (dan terlalu pendiam) dan punya dunia sendiri yang sulit dimasuki orang lain; atau Phai, si tukang tawuran, dicap anak bandel dan pembawa masalah, tapi sebenarnya dia sangat setia kawan dan tulus dalam berkawan; atau Sprite, yang terlanjur dicap slut (duh) oleh teman-temannya, tapi sebenarnya dia adalah gadis baik yang kesepian; atau Toei, gadis super cantik yang pinter bergaul dan super ceria (tapi tukang PHP. Haha), lalu hanya karena teman cowoknya banyak dan dia sangat cantik, terus jadi bulan-bulanan teman-teman ceweknya yang tidak menyukainya; atau Tar, si tukang telat yang kadang keberadaannya antara ada dan tiada (maksudnya, banyak yang nggak ngeh siapa dia), tapi akhirnya dia jadi gitaris band sekolahnya yang terkenal; atau Phoo, pemain marching band sekolah, super tampan, digandrungi para gadis di sekolah, tapi siapa sangka dia sendiri bingung dengan orientasi seksualnya; atau Dow, si polos, blogger yang terkenal di sekolahnya, ceria, labil, dan heboh, tapi cara pakai sendok garpu saja masih didikte orang tuanya.  

Ya itulah Hormones The Series alias Hormones: The Confusing Teens dengan jalan cerita yang sebenarnya sederhana, mengambil sasaran kehidupan remaja yang penuh lika-liku. Hahahaha. Dengan penyampaian cerita yang luar biasa, nggak heran kalau serial ini dijadikan panutan oleh remaja, para orang tua yang punya anak remaja, dan guru-guru sekolah karena memberi banyak pelajaran berharga.

Penasaran? Sila ditonton. Season 2-nya sudah mengudara di Thailand sejak 12 Juli kemarin. Hahahaha

ja ne...

Kamis, 03 Juli 2014

Cabe-cabean = Semacam Cabe (?) (Habis Diupdate!)

Halo, Mblo. Piye malam minggumu? Isih penak jamanku to?
Oke. Kali ini guweh akan bercerita tentang pekerjaan baru guweh. Terhitung sejak Maret tahun ini, guweh dimintai bantuan untuk mengajar kelas bahasa Indonesia di sebuah universitas swasta di Jogja. Ya. Asisten dosen bahasa Indonesia, lebih tepatnya. Dan menurut guweh, pekerjaan ini cocok banget buat guweh. Iyalah, jelas. Guweh adalah lulusan jurusan.... Sastra Jepang! Ha-ha-ha. Guweh sadar sesadar-sadarnya dalam menerima pekerjaan ini. Sadar karena kemampuan bahasa Jepang guweh masih terbatas "Haik! Isaku iki sakukurata shinji kagawa nobita doraemon suneo shizuka shinchan sayonara aishiteru kokorono tomo!". Dan karena pengalaman guweh yang hobinya nyalah-nyalahin bahasa Indonesia di skripsi atau tesis atau disertasi orang (baca: proofreader. Apa itu proofreader? Googling sono! Usaha dikit dong. Haha), guweh akhirnya direkomendasikan buat jadi asisten dosen bahasa Indonesia *kibas-kibas rambut* *nyebar ketombe*.

Di kampus itu, guweh ngajar dua kali seminggu: Senin dan Rabu. Menariknya, kelas yang guweh ampu adalah kelas khususon karyawan. Tahu kan maksudnya? Iya, kelas malam. Jadi guweh kalau ngajar mepet-mepet magrib gitu. Dan 98% mahasiswa guweh usianya jauh di atas guweh. Lumayanlah, guweh jadi kelihatan muda di sana *kibas-kibas jenggot*. Nah, karena guweh newbie di bidang ngajar-ngajar bahasa Indonesia, guweh berusaha semaksimal mungkin mengeluarkan aura kecantikan, kesopanan, kebaikan, kesantunan, dan keimutan guweh, di samping guweh juga harus bikinmateribikinlatihanbikinpowerpointbikinmibikintelordanlamalamabikinemosiorang.

Kelas guweh nyante, Mblo! Serius! Guweh nggak memberlakukan batasan waktu keterlambatan karena guweh juga sering telat karena guweh tahu semua mahasiswa guweh sudah bekerja dan mungkin untuk izin kuliah sama atasannya kurang fleksibel. Jadi, guweh mengizinkan mahasiswa guweh datang lima menit sebelum kuliah diakhiri atau bahkan ketika guweh bilang "Yak, kuliah hari ini saya akhiri" ada mahasiwa yang dengan gaya unyu dan innocent baru masuk ke kelas guweh, tetep guweh persilakan do'i untuk tanda tangan presensi.

Enak, kan? Makanya, rekomendasikan guweh sebagai calon dosen di kampus kamu.

Oke, kebaikan guweh nggak berhenti sampai situ. Nggak ada batasan waktu telat? Ah, kurang! Guweh tambahin deh, ya: kuliah baru guweh mulai 15 menit dari jadwal yang seharusnya! Gila! Kurang baik apa guweh! Iya, sih itu juga karena belum ada mahasiswa yang dateng. Ihiks. *nangis di pojokan* *dipukpuk Cristiano Ronaldo*

Hmmm batasan waktu telat nggak ada dan mulai perkuliahannya agak mundur dari jadwal yang seharusnya? Tenang, Mblo. Tenang! Itu masih belum seberapa! Khusus semester ini, guweh kasih promo spesial! UTS mata kuliah guweh...... OPEN BOOK! Mana ada di jagat raya ini dan di Indonesia Raya Merdeka-Merdeka ini ada dosen atau guru bahasa Indonesia yang ngasih ujian tengah semesternya boleh buka buku? Boleh percaya boleh tidak! Makanya, pesan sekarang! Dengan cicilan bunga 0%, Senin harga naik!

Nah, tanpa bermaksud membeda-bedakan antara kelas di hari Senin dan Rabu, guweh ngerasa enjoy kalau ngajar hari Rabu karena mahasiswanya sedikit, nggak sebanyak hari Senin yang nyampe ratusan (serius! Itu kelas bukan tipe tempat duduk bioskop yang berundak-undak (?), tapi memanjaaaaaaaaang ke belakaaaaaang kayak kereta api. Untung di kelas hari Senin itu ada microphone. Apesnya kalau microphone-nya mati, guweh harus teriak-teriak di kelas kayak orang yang habis kehilangan jemuran). Biasanya ke-absurd-an guweh dimulai di kelas hari Rabu ini. Dan bak gayung bersambut, mahasiswa guweh jadi ikut-ikutan absurd. Mahasiswa absurd, asisten dosen absurd. Macam yang kayak gini:

Guweh baru aja ngasih latihan tentang EYD dan waktu pembahasan, entah siapa yang mulai, ada banyak bisikan tentang kata 'gandum-ganduman' yang guweh tulis di power point. Ada yang ngetawain kata itu, ada yang malah jadi galau, dan ada juga yang terbengong-bengong. Sampai akhirnya, ada mahasiswa yang tanya ke guweh:

Mahasiswa A: "Mbak, gandum-ganduman itu apa sih?"
Aku: "Hmmm... Mungkin semacam atau yang sejenis gandum ya"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "Ooooh....."
Mahasiswa B: "Nah, kalau cabe-cabean, Mbak?"

Hmmppffft. Guweh udah menduga akan ada pertanyaan semacam ini. Sekelas tertawa.

Aku: "Kalau pakai analogi saya tadi, cabe-cabean berarti......"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "SEJENIS CABE!!!"

Sekelas tertawa lagi.

Aku: "Nah, itu pinter. Kalau terong-terongan?"
Mahasiswa satu kelas: *kompak* "SEJENIS TERONG!!!"
Aku: "Bagus, kalian lulus mata kuliah saya! Hahaha"

Di sini guweh nggak nyesatin mereka, kan? Guweh bener, kan? Sekarang kalau pakai analogi bahwa gandum-ganduman adalah semacam atau jenis-jenis gandum, berarti cabe-cabean juga bisa didefinisikan sebagai semacam/ sejenis/ macam-macam cabe, kan? Begitu pula sama terong-terongan.
Ini yang setres antara mahasiswanya atau asisten dosennya atau malah dua-duanya. Hahahaha. Betewe, guweh tau kok maknanya 'cabe-cabean' dan 'terong-terongan'. Semacam atau sejenis cabe dan terong, kan?
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.

ja ne...