Sabtu, 02 Juli 2011

Curhatan Orang yang Lagi Curhat

Hai

Pernahkah kalian menyapa seseorang dengan sapaan seperti ini:

1. 1. Eh kok kamu gendutan ya?

atau

Eh 2. Eh kok kamu masih pendek sih?

atau

3. 3. Eh bajumu kok nggak cocok ya sama badanmu?

Pernah? Pernah?

Kalau kalian bilang ‘iya’, dengan sangat menyesal, saya katakan bahwa semua sapaan di atas itu TIDAK SOPAN.

Tahu kenapa?

Coba kalian bayangkan: kalian sudah merasa bahwa diri kalian tambah langsing (yang secara psikologis, ingin dipuji orang lain) dan tiba-tiba saudara atau teman kalian menyapa kalian di pagi hari dengan sapaan nomor satu itu.

Atau

Kalian sudah mantap dengan dandanan kalian hari ini (yang lagi-lagi secara psikologis –sadar atau tidak—ingin dipuji orang lain), tapi teman atau saudara kalian berkomentar kalau dandanan kalian itu tidak pantas buat kalian.

Bagaimana perasaan kalian?

Sakit hati?

Atau malah biasa saja?

Kalau saya, akan merasakan hal yang pertama: sakit hati. Beberapa teman saya berkomentar bahwa saya terlalu berlebihan. Saya memang lebay kok. Saya sayain itu. Tapi, mereka yang berkomentar seperti itu tidak tahu bahwa mengomentari fisik dan penampilan orang lain dengan hal-hal yang negatif itu, tidak sopan. Orang Indonesia sudah menganggap bahwa sapaan-sapaan seperti yang saya sebut di atas adalah hal yang biasa, tidak perlu diperdebatkan, tidak perlu dipermasalahkan.

Justru itu yang sangat berbahaya.

Orang Indonesia akhirnya mempunyai pola pikir bahwa sapaan-sapaan yang melecehkan fisik dan penampilan orang lain adalah hal yang wajar, tanpa memedulikan betapa susahnya si lawan bicara dalam melakukan program diet atau betapa nyamannya ia berpenampilan seperti itu.

Apa susahnya sih kita memuji lawan bicara kita sebagai sapaan?

Apa susahnya sih kita berkata pada lawan bicara kita bahwa ia semakin cantik atau tampan?

Apa susahnya sih kita berkata pada lawan bicara kita bahwa ia sangat pantas dengan stylenya hari ini? Betapa anggunnya dia pakai baju seperti itu atau betapa bagus dasinya yang ia pakai.

Bukankah kalau kita memuji dia, dia akan senang, dan kita tidak akan rugi?

Kasarannya gini:

Puji sajalah, walaupun harus berbohong.

Toh sebagai manusia, bukankah kita suka kalau orang lain memuji penampilan kita?

Mana ada sih orang yang nggak suka dipuji?

Makanya, pujilah orang lain. Dan janganlah dikau mencela orang lain kalau dirimu memang tidak suka dicela orang lain (aduh bahasanya).

Jujur, saya tumbuh di keluarga yang sukanya menyapa dengan hal-hal negatif seperti itu. Saya tumbuh dengan mind set di kepala saya bahwa hal-hal tersebut wajar. Tetapi, akhirnya saya mendapatkan pencerahan bahwa hal itu salah, nggak baik, de el el.

Saya jadi inget kapan saya mulai nggak suka disapa hal-hal seperti itu. Ada kerabat saya yang menyapa saya dan mengatakan bahwa saya bertambah gemuk. Sakit ati dong saya. Gile loh. Pada waktu itu saya merasa sudah agak kurus dan helllooooo.... dalam setahun, saya HANYA bertemu dengan kerabat saya itu DUA kali: Idul Adha dan Idul Fitri. Adil nggak kalau dia mengatakan hal seperti itu pada saya, sedangkan dia sebenernya sama sekali nggak tahu tentang saya?

Lagipula (maaf), secara fisik, ia jauuuuuuuuuuh lebih besar dari saya.

Dan kalau bukan karena dia jauh lebih tua dari saya, saya pasti akan mengatakan hal-hal seperti itu dengan suara keras dan di depan orang banyak.

Kedengarannya jahat ya?

Lha wong sana jahat duluan sama saya kok. Aneh kalau dia lebih sakit hati daripada saya.

Dan omong-omong pengalaman dengan kawan saya, nggak peduli dia sahabat atau bukan, saya juga mulai tegas sama mereka. Entah itu lucu atau enggak buat mereka, yang jelas saya nggak suka fisik saya dikomentarin negatif seperti itu. Saya pernah marah. Benar-benar marah dengan salah seorang kawan saya yang nggak bisa berhenti mengganggu saya dengan komentar-komentarnya yang luar biasa nyebelin itu. Saya sudah berkali-kali mengingatkan dia bahwa itu tidak sopan, tapi dia tetap ngeyel. Setiap ia menyapa saya seperti itu, mood saya langsung drop. Sedrop-dropnya. Sampai akhirnya, saya muntab. Saya tau niatnya hanya bercanda. Tapi sumprit burung emprit, saya nggak suka. Itu nggak lucu.

Jadi, kalau suatu hari kalian menyapa saya dengan sapaan-sapaan seperti itu, siap-siap kena ‘tanduk’ saya. Hahaha.




ja ne...

1 komentar:

Azam Raharjo mengatakan...

pemikiran yang bagus, tapi

sekedar mengingatkan,

kebahagiaanmu ditentukan oleh cara kamu memandang dirimu sendiri dan orang lain, dan bagaimana kamu berpikir terhadap dirimu sendiri dan orang lain, dan juga bagaimana kamu bersikap terhadap dirimu sendiri dan orang lain.

"I can almost anything... but i can't change human nature." (Dr. Manhattan, 'WATCHMEN')


aku nggak bilang aku berpihak pada 'pihak yang kau kritik dalam curhatan ini'

dan aku nggak nyuruh kamu setuju sama komentarku.

see you in two months

-antagonis