Senin, 02 Februari 2009

Nyanyian Pelangi (part.1)

Siang itu, tak ada yang tahu. Aku menatapnya lekat-lekat dari dinding kamarku yang berlubang. Subhanallah. Benar-benar Maha Besar Dzat yang menciptakan makhluk yang mondar-mandir di hadapanku ini. Tetap saja, sedekat apapun aku dengannya, aku tak mungkin bisa bersamanya. Andai aku tak pernah menerima perjodohan ini, mungkin aku bisa berada di luar sana, mendekatinya, berkenalan, ngobrol, atau apa sajalah yang penting aku bisa dekat. Tapi, itu mungkin hanya mimpi. Aku tak akan pernah keluar dari sini. Gubuk reyot yang bau pesing dan bau kambing. Terikat pada tradisi aneh yang memuakkan.
Perlahan tapi pasti, Pangeran-ku yang sejak tadi pagi duduk gelisah di depan rumahnya, akhirnya berdiri. Dia berjalan. Ke arah persembunyianku. Ya, ke arahku. Ya Allah, aku harus apa? Dia semakin mendekat. Mendekat. Dan mendekat. Hingga tak ada jarak di antara kami. Tetapi ia tetap tidak melihatku. Ah, biarlah. Memangnya aku ini siapa? Gadis bermobil Mercy merah yang selalu mendatanginya setiap sore? Aku hanyalah korban dari laki-laki yang selalu menggembor-gemborkan bahwa ia gentle, namun ternyata tak lebih ia hanyalah seorang pengecut yang hanya berani menyiksa wanita.

- TO BE CONTINUED -
(diteruskan apabila sang pengarang sedang mood :p)

Tidak ada komentar: