Sabtu, 06 Februari 2010

Bubble

MUQADDIMAH

Oh hai... Liburan nyaris usai dan kebosananku akan menghilang. Yey. Banyak hal yang menarik di sekelilingku akhir-akhir ini.
Dan aku akan mengambil salah satunya untuk aku tulis di sini.
O ya, di postingan ini aku akan menyindir seseorang di sini. Maaf, sebelumnya.

-------------------------------------------------------------------------------------

Akhir-akhir ini aku mengingat kembali salah satu teks di kuliah bahasa inggrisku semester kemarin. Mengenai bubble -gelembung-. Bukan bubble dalam arti yang sebenernya. Bubble dalam konteks ini adalah wilayah imajiner seseorang --privasi seseorang--. Menarik.

Dalam pergaulan sehari-hari kadang kita nggak sadar kalau sebenarnya kita sudah masuk ke dalam bubble seseorang. Kadang nggak sadar kita bikin seseorang --yang kita ajak ngobrol atau yang lagi dikenal atau siapapun-- merasa nggak nyaman bubble-nya terusik. Meskipun niatnya baik, perhatianlah, pedekate lah atau apapun itu. Yang ada bukannnya simpatik, tapi malah bikin ilfil.

Apalagi kalo udah menyangkut persahabatan atau cinta-cintaan.
Walaaaah... Ribut itu.
Aku banyak menemui kasus seperti ini. Ketika kita menganggap seseorang itu sahabat atau kakak-adikan, seolah semuanya itu harus terbuka. Semuanya. *ehem* kecuali baju. Apa-apa harus diceritain, apa-apa harus sama dia, apa-apa pokoknya barengan. Jadinya malah sahabat atau "kakak" atau "adik" kita, nggak punya privasi sama sekali. Padahal mereka juga punya kehidupan sendiri, kan. Ada saatnya mereka untuk sendirian atau bersama orang lain.

(aku menggunakan point of view "kita", bukan "aku", "kamu", atau "kalian")


O ya satu lagi. Ini pendapat pribadiku sih.
Setiap orang mempunyai bubble yang BERBEDA besarnya. Dan tentu saja bubble itu akan semakin membesar ketika sedang bertemu dengan orang lain untuk pertama kalinya. Hmm... Hati-hati aja kalau mau masuk ke bubble orang yang belum terlalu kita kenal.




ja ne...

Tidak ada komentar: