Nah setelah postingan sebelumnya (lihat di sini) membahas tentang kedatanganku ke Bangkok di hari pertama dan hari kedua ke Grand Palace, kali ini mau bahas tentang kunjungan ke Sleeping Buddha (Wat Pho), Wat Arun, dan Platinum Fashion Shopping Mall --masih di hari kedua (28 Agustus 2012).
Sleeping Buddha
(Wat Pho)
Kendi (?) tempat derma uang buat biksu
Sleeping Buddha ini
lokasinya deket dari Grand Palace. Jalan kaki kira-kira dua puluh menit-an.
Harus-super-ultra-wonderful-delicious-hati-hati kalau mau ke Sleeping Buddha.
Kalau kalian ragu-ragu gimana cara ke Sleeping Buddha, tanya sama petugas di
Grand Palace. Mereka akan senang hati ngasih tahu kalian. Awalnya kami mau naik
tuk-tuk (kalau di Jakarta semacam bajaj gitu) ke sana. Tapi DILARANG KERAS
sama petugas di Grand Palace. Mereka justru nyaranin kami untuk jalan kaki.
Kenapa?
Jadi ternyata gini ceritanya.
Ada semacam kongkalikong bin tipu muslihat yang terkenal di antara para sopir
(?) tuk-tuk di sekitar Grand Palace. Mereka akan nyegat kalian begitu keluar
Grand Palace dan dengan ramah akan bertanya ke mana kalian akan pergi. Kalau
kalian menjawab Wat Pho atau Sleeping Buddha, mereka akan bilang, "No
no no, Madam. It still close now. It will be open at 1 p.m". Kalau
udah gitu, JANGAN PERCAYA! Soalnya, sekalinya kita percaya, mereka akan
terus membujuk kita untuk naik tuk-tuk mereka dan yak seperti yang sudah kita
duga: membawa ke tempat-tempat belanja yang sebenarnya nggak mau kita datangi.
Karena ternyata, mereka sudah kerja sama dengan banyak toko di sekitar sana
untuk bisa mendatangkan pengunjung toko --ya penumpang tuk-tuk itu--.
Lagipula, kalau kita
jalan kaki, justru bisa lihat pemandangan di trotoar sepanjang jalan. Entah
kenapa aku jadi inget Malioboro atau Pasar Klithikan. Hahaha. Soalnya apa-apa
dijual. Bedanya, kalau di Malioboro atau Pasar Klithikan nggak ada yang terang-terangan
jual togel, kan? Nah di sana ada. Dan banyak! Hahaha. Menarik!
Coba cari keanehan apa yang ada di foto ini ^^
Sampai di Sleeping
Buddha, tuh kan beneran udah buka! Tiket masuknya lebih murah daripada Grand
Palace dan free entry buat pelajar dan orang pribumi. Habis itu dapet
gratis air mineral dingin pula! Ini nih yang perlu dicontoh sama pariwisata
Indonesia. Hahaha. Sampai di sana ya nggak cuman orang berwisata aja sih, tapi juga banyak yang
ibadah. Dan meskipun tempatnya nggak seheboh di Grand Palace, tapi masih tetap
kece. Jadi, kan Buddha tidur itu ada di sebuah ruangan yang
super-ultra-wonderful-delicious-luas. Sebelum masuk ke sana, kita harus wajib
lepas sepatu, kalau nggak nanti dimarahin sama petugasnya. Terus, udah disediakan
kantong sepatu yang nanti juga akan kita bawa keliling. Lagi-lagi aku inget
kalau sholat atau jumatan di Masjid Istiqlal di Jakarta. Tapi kalau di
Istiqlal kan pakai kresek biasanya, yang ini pakai tas kece. Sayangnya nggak
boleh dibawa pulang. Hahaha.
Ukuran Sleeping
Buddha-nya nggak usah dideskripsikan lagi deh. Gedeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee.
Dan biasanya nanti kalau udah masuk di sana, kita akan denger suara 'cring
cring cring'. Nggak usah mikir aneh-aneh. Itu suara duit derma yang dimasukkin
para pengunjung ke gentong (?) tanah liat milik para biksu. Jumlahnya ratusan.
Tapi itu nggak wajib kok. Kalau mau masukkin, monggo. Nggak masukkin juga nggak
papa.
Yang unik di
Sleeping Buddha ini, saking detil bikinnya, sampek2 di jari kaki sang Buddha
juga ada gambar sidik jarinya! Dan di telapak kakinya ada gambar-gambar yang
entah apa itu. Saking ramenya nggak bisa lihat, booook.
Wat Arun
Wat Arun ini apa,
ya? Emm... Candi? Yaa... gitu lah. Buat ke Wat Arun, kami nyebrang sungai!
Pakai perahu. Asik! Bayarnya cuman nggak lebih dari 10.000 rupiah kalau dikurskan. Tapi
sayangnya cuman bentar, 10 menit ada kali ya? Hahaha.
Di Wat Arun ini kami
udah tepar setepar-teparnya. Jadinya begitu lihat candi yang tinggi semampai nan semlohai itu, kami udah
males dan tak bergairah lagi buat naik ke atas. Hahahaha. Yang menarik di sini, ada penyedia jasa sewa
kostum tradisional Thailand ala-ala bangsawan gitu. Murah. Cuman sekitar 60.000
rupiah kalau dikurs-kan. Asiknya, si penyedia kostum itu juga mau motretin
turis yang pakai kostum itu. Pakai kamera kita, tentunya. Mereka pinter cari angle dan jadi pengarah gaya lho. Jangan
salah. Mereka akan mencarikan spot yang bagus buat kita untuk foto-foto dengan
latar belakang Wat Arun.
Begaya dulu bole lah :D
Jadi, kalau kecapekan sampai di Wat Arun, nggak usah
memaksakan diri naik ke atas sana. Serem, book. Tangganya semacam
hampir 90 derajat. Haaaaaaaaaaaaaa…. Maaf ya nggak bisa cerita banyak di sini. Wkwkwk.
Platinum Fashion
Shopping Mall
Sayangnya nggak ada foto di sini. Ada dua pusat
perbelanjaan di Bangkok yang namanya kedengaran mirip dan lokasinya cuman
hadap-hadapan: Platinum dan Pratunam. Kalau Platinum itu Mall. Tapi isinya
fesyen-fesyen. Bagus-bagus dan harganya masih dibilang terjangkau lah. Kalau
Pratunam itu isinya kios-kios di sepanjang jalan-seberang-Platinum. Kayak
jalanan Malioboro gitulah. Juga nggak kalah murah. Nah, cerita soal Pratunam nanti dulu. Hahaha.
Sekarang cerita soal Platinum dulu.
Setelah tepar seharian wara-wiri ke
tempat-wisata-yang-harus-didatangi-di-Bangkok, malamnya kami belanja! Hahaha…
Gila ya. Dapat energi dari mana itu. Wkwkwk. Ah biarlah. Yang penting
belanja!!! Hahaha.
Di sini, kami nggak belanja banyak. Gegara
ternyata semua mall, pusat perbelanjaan, atau sejenisnya yang ada di Bangkok
itu tutup jam 9 malam. Ya ampyang. Amplaz aja tutup jam 10 -_-“. Kami emang
berangkatnya malem sih. Jam 8-an gitu. Sedih deh cuma bentar di sana. Nggak
bisa liat barang-barang bagus. -_____-“.
Serunya, di luar emperan Platinum itu juga ada yang jualan.
Bagus-bagus dan harganya murah. Sayangnya, waktu itu tiap malam di Bangkok
hujan. Jadi, yang jual dan yang beli di depan itu pada empet-empetan. Hahaha.
(to be continued...)
Sebelumnya: Bangkok (Part 1): Day 1 dan Day 2 (Grand Palace)
Selanjutnya: Bangkok (Part 3): Day 3 - Pratunam dan Indra Square
Selanjutnya: Bangkok (Part 3): Day 3 - Pratunam dan Indra Square
ja ne...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar