Akhir-akhir
ini aku sedang sibuk memunguti serpihan-serpihan kaca. Seorang diri.
Serpihan-serpihan kaca itu ribuan jumlahnya. Tak tahu dari mana asalnya.
Seperti jatuh begitu saja. Serpihan-serpihan itu, ada yang besar, kecil, dan
bahkan tak terlihat. Satu demi satu serpihan itu kukumpulkan. Dengan sangat
hati-hati dan teliti. Kemudian kumasukkan ke dalam kantong plastik sebelum
kubuang ke tempat sampah. Aku takut melukai seseorang jika kubuang begitu saja.
Berbahaya. Aku tersenyum ketika tugas melelahkan itu selesai. Lega. Setidaknya,
tidak akan ada yang terluka karena serpihan kaca itu.
Baru
sedetik istirahat, aku tersadar. Ada yang aneh dengan tubuhku. Rasanya perih
tak terhingga. Seketika aku tahu, serpihan-serpihan kaca itu ada yang menancap
di tubuhku. Banyak jumlahnya dan kecil-kecil. Karena terlalu sibuk memikirkan
orang lain yang akan terluka karena serpihan itu, aku jadi tidak mempedulikan
diriku sendiri. Aku meringis kesakitan. Bulir-bulir besar air mataku jatuh.
Takut-takut, aku mencoba mencabutnya. Titik-titik darah kecil bermunculan di
beberapa bagian tubuhku. Dengan rasa sakit yang luar biasa, aku mengeluarkan
serpihan itu satu persatu. Sakit sekali. Tapi aku tak peduli. Karena kalau
kubiarkan, serpihan-serpihan itu akan terus menyakitiku. Dan benar saja. Aku
berhasil mengeluarkan seluruh serpihan itu. Rasa sakit yang kurasakan hanya
sekejap. Kemudian hilang. Aku semakin lega. Lalu, luka-luka yang ada di tubuhku
langsung kubersihkan dan kuobati. Ternyata benar, rasa sakit yang datang bisa
mengobati lukamu.
ja ne...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar