Jumat, 17 Mei 2013

Serpihan Kaca



Akhir-akhir ini aku sedang sibuk memunguti serpihan-serpihan kaca. Seorang diri. Serpihan-serpihan kaca itu ribuan jumlahnya. Tak tahu dari mana asalnya. Seperti jatuh begitu saja. Serpihan-serpihan itu, ada yang besar, kecil, dan bahkan tak terlihat. Satu demi satu serpihan itu kukumpulkan. Dengan sangat hati-hati dan teliti. Kemudian kumasukkan ke dalam kantong plastik sebelum kubuang ke tempat sampah. Aku takut melukai seseorang jika kubuang begitu saja. Berbahaya. Aku tersenyum ketika tugas melelahkan itu selesai. Lega. Setidaknya, tidak akan ada yang terluka karena serpihan kaca itu.
Baru sedetik istirahat, aku tersadar. Ada yang aneh dengan tubuhku. Rasanya perih tak terhingga. Seketika aku tahu, serpihan-serpihan kaca itu ada yang menancap di tubuhku. Banyak jumlahnya dan kecil-kecil. Karena terlalu sibuk memikirkan orang lain yang akan terluka karena serpihan itu, aku jadi tidak mempedulikan diriku sendiri. Aku meringis kesakitan. Bulir-bulir besar air mataku jatuh. Takut-takut, aku mencoba mencabutnya. Titik-titik darah kecil bermunculan di beberapa bagian tubuhku. Dengan rasa sakit yang luar biasa, aku mengeluarkan serpihan itu satu persatu. Sakit sekali. Tapi aku tak peduli. Karena kalau kubiarkan, serpihan-serpihan itu akan terus menyakitiku. Dan benar saja. Aku berhasil mengeluarkan seluruh serpihan itu. Rasa sakit yang kurasakan hanya sekejap. Kemudian hilang. Aku semakin lega. Lalu, luka-luka yang ada di tubuhku langsung kubersihkan dan kuobati. Ternyata benar, rasa sakit yang datang bisa mengobati lukamu.


ja ne...

Tidak ada komentar: