Selasa, 09 April 2013

Aku dan Pintu

Belajar dari pengalaman. Pintu yang sudah terlalu lama tertutup, bisa seret kalau dibuka. Pintuku, misalnya. Aku sudah tidak ingat kapan terakhir kali aku membuka pintuku dan mempersilakan seseorang untuk masuk. Berkali-kali aku mencoba membukanya, tapi gagal. Pernah sekali-dua kali, aku berhasil membukanya sedikit, tapi karena sangat berat, aku tidak tahan lagi dan...BLAM! Pintu itu dengan seenaknya tertutup kembali. Aku pun kesal. Jari-jariku jadi terluka karena terlalu sering memaksa membuka pintu dan sering terjepit kalau tidak hati-hati. Dan lagi, pintu itu semakin berontak tidak mau dibuka dan justru berbalik mengejekku yang terlalu lemah. Kemudian, aku punya ide yang menurutku sangat cemerlang waktu itu: memasang gembok super besar. Itu adalah salah satu trik negosiasiku dengan si pintu. Berharap bahwa ia akan tersiksa karena kugembok dan tidak bisa bebas mengejekku, sehingga akhirnya dengan sukarela ia akan terbuka dengan sendirinya. Tapi, bodohnya aku. Jelas saja ia semakin senang karena aku justru membuatnya semakin terkunci dan semakin susah dibuka. Aku semakin kesal. Dan aku lakukan hal paling bodoh selanjutnya: membuang kunci gembok itu. Phew. Karena bentuknya aneh, rumit, dan tidak biasa, tak satu pun tukang kunci duplikat yang mau menduplikatkannya. Aku jadi putus asa. Di tengah keputusasaan itu, aku bersandar pada pintu dan bertanya padanya, "Maumu apa?". Dia tertawa. "Bodoh kau, ya. Jangan memaksaku untuk terbuka. Aku tidak akan pernah bisa terbuka kalau dipaksa, apalagi kalau hanya ditunggu. Bawa seseorang kemari! Nanti akan kutunjukkan caranya".

Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku lelah.

ja ne...

Tidak ada komentar: