Rabu, 10 April 2013

Mumpung Masih Hangat-Hangat Kuku

Hari ini Arga datang menjenguk saya. Sejak saya balik dari Jakarta (oh soal ini, saya cerita dikit di sini) plus kondisi kesehatan saya yang labil macam ABG-baru-kenal-Super Junior, saya belum sempat bertemu dengan sahabat saya yang tampan, kece, dan luar biasa itu (haha). Nah, baru akhirnya hari ini saya ketemu dia. Alhamdulillah. Beberapa hari, terasa berminggu-minggu lamanya *lebay*. Err... Sebenarnya kunjungannya lebih tepat kalau dibilang dia-main-ke-rumah-karena-sudah-lama-nggak-ketemu-dan-ujung-ujungnya-dia-mengajak-saya-main. Kami terlibat obrolan seru --dari mulai yang nggak penting, penting, penting banget, hingga yang sumpah-ini-penting-gilak!-- selama beberapa jam. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah tema diskusi yang cukup bikin saya merenung berjam-jam, yakni "penting enggaknya membeberkan rencana masa depan kita pada orang lain". Ini benar-benar --meminjam kosa kata favorit dosen Seminar Skripsi saya-- dilematis. Saya, sebenarnya, bukan orang yang suka membeber-beberkan hal-hal macam begitu, misalnya "Eh aku mau daftar beasiswa A lho" atau "Aku dapet panggilan wawancara kerja di X, aku mau ke Jakarta minggu depan". Sebenernya saya nggak terlalu suka. Akhir-akhir ini, saya hanya berbicara begitu kalau 'diminta' (baca: ditanya). Dulu, ketika saya masih hangat-hangat kuku sebagai fresh graduate (dulu? Kesannya lama banget ya. Iya, udah hampir dua periode wisuda dilalui, soalnya. Haha), saya dengan semangat bercerita pada orang-orang tentang rencana-rencana masa depan saya. Semua orang yang saya beri tahu terkagum-kagum dengan rencana saya (entah mereka hanya basa-basi atau tulus, entahlah). Tapi, sekarang saya mencoba menahan diri. Tidak sembarang orang saya beri tahu tentang rencana saya. Bukannya apa-apa, berdasarkan pengalaman, karena orang-orang sudah terlanjur berekspektasi terlalu tinggi pada saya, saya jadi terlena dan....malas. Dan kalian tahu, kalau orang-orang seperti itu akan teruuuuuus memberondong dengan pertanyaan, "Katanya kamu lagi sibuk X, gimana lancar nggak?" atau "Sudah sampai mana kamu sekarang?". Ada rasa bersalah di hati saya ketika saya tidak bisa memenuhi 'harapan' mereka. Meskipun sebenarnya, sayalah yang melakoni hidup saya, bukan mereka. Yah ada juga sih yang bilang, beri tahu saja rencana-rencanamu pada orang-orang, justru itu yang nantinya akan membuatmu semangat. Iya ada benarnya juga. Tapi... Tapi... Ah sudahlah. Biarkan mengalir saja.

Ujung-ujungnya pasti begitu. Maaf, ya.

ja ne...

Tidak ada komentar: