Minggu, 21 April 2013

Gundala Gawat: Parodi Kritik Sosial dalam Teater

Judulnya absurd. Memang. Biarlah. Karena postingan kali ini juga nggak kalah absurdnya dengan judulnya (bahkan yang nulis juga absurd tingkat dewa). Oh well, sembari mengetik kalimat ini, saya mengaduk-aduk arsip postingan di blog ini dan rupanya saya pernah bercerita di sini tentang hobi saya nonton teater. Setelah gagal nonton pementasan 'Sampek Engtay' Teater Koma di Jakarta beberapa waktu lalu, saya sempat galau. Ini beneran! Lebih galau ketika saya nggak dibolehin nonton konser L'Arc~en~Ciel di Jakarta sama ortu (ihiks) dan ketika CNBLUE membatalkan konser di Indonesia, hanya dua hari sebelum konser (oh untung nggak beli tiketnya). Tapi, ya, kata orang bijak (nggak tahu siapa orang bijaknya, asal nyomot aja), di setiap kesedihan pasti ada secercah kebahagiaan yang akan datang menghampiri. Tsaaaaah.


Suatu hari, selang beberapa hari sejak pementasan Sampek Engtay, saya membaca kicauan Pak Butet Kertaradjasa di Twitter. Akan ada pementasan Teater Gandrik dengan lakon 'Gundala Gawat' di Taman Budaya Yogyakarta tanggal 16--17 April 2013!!! Wohooooooooo!! Saya kayang keliling lapangan GSP UGM 5 kali dan loncat kodok dari pantai Parangtritis sampai Kaliurang, saking senengnya. Hahahaha. Bohong, ding. Pokoknya intinya saya seneng bianget sampai-sampai lupa pacar (eh salah. Pacar aja nggak punya). Lantas saya langsung mengajukan proposal "Mah, nonton yuk" pada ibuk saya. Ibuk saya waktu itu sempet "nonton-enggak-nonton-enggak". Dan waktu itu, saya sempet saingan sama adek saya dalam mengajukan proposal "Mah, nonton yuk". Saya kepingin nonton Teater Gandrik, adek saya kepingin nonton Stand Up Comedy di UGM (yang untungnya nggak jadi nonton karena kehabisan tiket. Ngahaha). Dan ini pun juga nyaris batal nonton Teater Gandrik karena saya sudah berekspektasi kalau tiketnya bakal sold out bahkan sebelum hari H-nya. Tapi untungnya, ibuk saya bisa mendapatkan tiket kelas festival lesehan di hari kedua pementasan (fyi, nonton teater itu paling enak depan sendiri tauk :P) !!! Wohooooooooo!! Tiketnya mahal dikit gak papalah (Rp75.000 untuk tiket festival lesehan), yang penting bisa nonton (ini Gandrik, cuy. Gandrik. Ada harga ada rupa lah), toh dibayarin juga :P.



-----------------------------INI KENAPA MALAH JADI CURHAT??--------------------------------

Beklah. Jadi sinopsisnya gini. Kalian tahu Gundala Putra Petir, komik Indonesia luar biasa kece karangan Pak Hasmi? Kalau nggak tahu, kebangetan! Jadi, Teater Gandrik mengadopsi cerita Gundala Putra Petir dengan sentuhan sana-sini dan dibumbui humor-humor satire. Ceritanya, Gundala Putra Petir (Susilo Nugroho 'Den Baguse Ngarso') yang sudah tidak muda dan badannya tidak se-six pack dulu, difitnah oleh masyarakat sebagai penyebab banyaknya petir yang 'hinggap' di langit Indonesia akhir-akhir ini. Gundala kemudian agak marah sama bapaknya, Pak Petir (Butet Kertaradjasa), yang sebenarnya suka 'numpang lewat'. Anehnya, di setiap petir yang menyambar, pasti ada perampokan bank. Pak Hasmi, pengarang Gundala Putra Petir (ini yang meranin Pak Hasmi asli lho!) kemudian mengadakan rapat superhero. Rapat superhero dihadiri oleh Gundala Putra Petir, Sun Bo Kong (Jujuk Prabowo), Pangeran Melar (Gunawan Maryanto), Aquanus (Jamaluddin Latif), dan Jin Kartubi (M.Arif "Broto" Wijayanto). Mereka kemudian diperkenalkan oleh Agen X9 (Jami Atut Tarwiyah) yang memberi mereka informasi kalau perampokan bank yang terjadi akhir-akhir ini didalangi oleh kelompok "Harimau Lapar" yang dipimpin oleh seseorang bernama "Ketua Agung". Para superhero kemudian menyaru menjadi anggota "Harimau Lapar", tapi sayangnya ketahuan. Dengan sisa tenaga yang masih ada (karena faktor usia juga. Hahaha), mereka mencoba melawan anak buah Ketua Agung.



Dah ah sampai di sini aja sinopsisnya. Nanti spoiler, nggak asik :P

Di dalam cerita Gundala Gawat ini, Goenawan Muhammad (mantan pemimpin redaksi Tempo) selaku penulis naskah menghadirkan humor-humor satire yang isinya isu-isu yang sedang cetar membahana akhir-akhir ini, seperti korupsi, carut marutnya ujian nasional, kasus Lapas Cebongan, dan lain-lain. Meskipun terlihat agak 'kedodoran' di beberapa bagian, pesan-pesan moral yang dibawa oleh Goenawan Muhammad melalui naskah Gundala Gawat ini berhasil tersampaikan kepada penontonnya dan menjadi luar biasa menghibur. Ditambah dengan kehadiran aktor-aktor senior dari Teater Gandrik maupun Teater Garasi (Ya Tuhan, aku lupa bilang ke kalian kalau Teater Garasi juga ambil bagian!), pementasan dan panggung menjadi sangat hidup. Bahkan, Pak Hasmi yang bukan berlatar belakang teater, tetapi 'dipaksa' berakting, juga berhasil membuat penonton terpukau. Akting Beliau luar biasa kece, kawan-kawan! Daaaaan.... Salah satu yang menjadi favoritku adalah... musik latarnya. Itu super ultra wonderful delicious yabai keren beudh! 'Dalang' musiknya tak lain tak bukan adalah Djaduk Ferianto (lha ya jelas kalau Beliau ini, mah!).

Ini adalah (kayaknya) pementasan Teater Gandrik pertama setelah berpulangnya pentolan teater ini, Heru "Pak Bina" Kesawa Murti. Bagi yang mengetahui Teater Gandrik sejak zaman baheula, pasti terasa sekali 'sepi'nya teater ini tanpa kehadiran Beliau (ah sotoy sekali sayah!). Tapi, para punggawa teater ini berhasil mengobati rasa rindu para penggemar Teater Gandrik dengan adanya pementasan lakon Gundala Gawat ini, meskipun yaaa bagi yang sudah mengenal teater ini sejak zaman Pak Heru masih mengarsiteki teater ini, terlihat lebih njegleg ketimbang pementasan-pementasan Teater Gandrik yang terdahulu (ini bukan saya yang ngomong, saya baru pertama kali ini lihat Gandrik. Saya hanya mengutip uneg-uneg dari orang yang telah lama 'mengenal Gandrik). Tapi menurut saya pribadi, saya merekomendasikan Gundala Gawat Teater Gandrik ini untuk ditonton. Tontonlah! Dan kalian akan tahu tentang teater yang sangaaaaaat berkualitas ini! Hohohohoho. Bagi yang nggak semfat (sengaja pakai 'f') nonton Teater Gandrik dengan lakon Gundala Gawat ini, sila nonton di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jekardah, tanggal 26--27 April 2013. Cekidot, mas/mbak Brow!

ja ne...

Tidak ada komentar: