Kamis, 27 Mei 2010

27 Mei, 4 tahun lalu....

27 Mei 2006

05.30 WIB

Aku masih bingung menetapkan tema untuk tugas akhir kelompok Kemuhammadiyahan-ku. Karena aku pikir tema materinya itu-itu saja, aku berusaha mencari buku-buku Kemuhammadiyahanku sewaktu SMP.

Ibuku memasak burger untuk sarapan.

Adikku dan bapakku? Mmm... Aku tak ingat apa yang mereka kerjakan.

Dan well, siapa sangka kalau sarapan pagi itu bakal jadi sarapan yang luar biasa. Yang tidak akan kulupakan seumur hidup.


05.45

Prannnnngggg.... Aku tak sengaja memecahkan botol raksasa antah berantah yang tersimpan di bawah meja makan. Dari dalam botol coklat itu tercium bau bensin. Entah riwayatnya mungkin dulunya dipakai sebagai botol bensin.

Tak ada satu orangpun di rumahku yang memarahiku ketika aku memecahkan botol itu.
Aku menganggapnya aneh.

Dan Mbak Cicih, pembantuku waktu itu membantuku membereskan pecahan-pecahan botol.

Belakangan aku tahu kalau botol itu adalah botolnya almarhum kakekku.

Aku tak menganggap itu sebagai sebuah firasat...


05.50

Aku panik. Aku belum sarapan dan aku belum mandi. Sekolahku lumayan jauh.

Sekali lagi, aku tak menganggap itu sebagai sebuah firasat...

Dan mungkin akan lain cerita kalau aku mandi.


05.55

Gempa dahsyat itu datang! Ibuku berteriak-teriak menyuruh semuanya untuk keluar! Aku panik. Yang kurasakan saat itu adalah getaran luar biasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.









Selama beberapa detik, aku mengira hari itu akan kiamat.


Atau mungkin merapi meletus?



Yang jelas aku merasakan bahwa lututku gemetar.


-------------------------------------------------------------------------------------
Setelah gempa.....

Pernyataanku yang pertama adalah:

"Alhamdulillah, rumahku nggak roboh"

tapi ternyata aku salah....


Rumahku retak hingga fondasi. Doyong sana dan doyong sini. Tetangga kanan kiriku rata-rata rumahnya hancur, rata dengan tanah.



Setelah itu, aku mulai tenang. Tapi tiba-tiba aku menangis. Aneh. Shocknya datang belakangan. Padahal semuanya sudah tenang.

Dan ketika aku benar-benar tenang, ketika aku bisa tertawa menertawai celengan raksasaku yang berbentuk kuda yang patah kakinya. Itulah tawa pertamaku.


Namun tiba-tiba kepanikanku datang.

TSUNAMI datang!

Orang-orang banyak berlarian, panik. Akupun begitu. Aku terpisah dengan ibuku dan adikku. Aku mencari mereka dan aku sudah tidak bisa menangis lagi. Aku lari bersama saudara-saudaraku sampai 1 kilometer dan baru pulang setelah ditenangkan oleh orang-orang yang berseragam bahwa tsunami itu hanya isu belaka.

*sial, kenapa di saat-saat begini ada orang yang menyebarkan isu tsunami? sakit!*

Malamnya, kami sekeluarga besar tidur di garasi mobil yang terbuka milik salah satu bulekku. Beberapa gempa susulan terjadi dan hujan deras sekali.

Dan sekali lagi, ada isu yang mengatakan bahwa pukul 8 malam itu akan terjadi gempa yang lebih besar dari gempa sebelumnya.

Aku dan keluarga tinggal di garasi itu sekitar seminggu lamanya. Setelah itu, kami tinggal di sebuah barak kecil yang dibuat di halaman rumah selama setahun lebih.

Ya, setahun lebih.

Aku benar-benar belajar tentang hidup pada saat itu. Dan aku berusaha tegar karena aku punya ibu yang luar biasa tegarnya dan orang-orang di sekelilingku yang selalu menguatkanku.

Alhamdulillah, kami sekeluarga besar tak kurang satu apapun. Alhamdulillah, aku tidak ada di kamarku saat itu (karena kamarku adalah bagian dari rumahku dulu yang paling parah kerusakannya).


Hanya 59 detik, kawan!

Ya hanya 59 detik Tuhan menunjukkan kuasanya untuk 'menggoyang-goyang'kan bumi di Jogja dan sekitarnya 4 tahun lalu. Hanya 59 detik bagi Tuhan untuk menjemput lebih dari 6000 hambaNya ke sisiNya.. Dan hanya 59 detik yang dibutuhkan Tuhan untuk membuat rumah yang kokoh berdiri menjadi puing-puing rata dengan tanah.

Allahuakbar!



ps: sori ya nggak ada fotonya sama sekali. foto-foto kenangan gempa ikut terkubur bersama laptop kuno nan eksentrik milik ibuku yang sudah mati tot tot total se harddisk-harddisknya =_=

残念ですね。。。。




ja ne...

Tidak ada komentar: