Senin, 12 April 2010

INTROSPEKSI: Menyebalkan

Hai...

Aku sedang menjadi sosok yang lain sekarang. Diriku yang sangat sangat menyebalkan, muncul. Ah menyebalkan! I hate it!


Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku senang--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku sedih--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tidak mendapatkan apa yang aku mau--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku mendapatkan apa yang aku mau--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku berbicara--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku diam--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku menangis--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tertawa--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tidak bisa mengerjakan soal ujian--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku bisa mengerjakan soal ujian--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku disuruh melakukan sesuatu oleh ibuku tapi tidak kulakukan--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku mencari muka di hadapan dosenku--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku mencari muka di hadapan teman-temanku--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tidak bertanggung jawab--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku mempunyai uang--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tidak mempunyai uang--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku berhadapan dengan orang yang tidak kusukai--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku berhadapan dengan orang yang kusukai--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku jujur--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku berbohong--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku terlalu banyak mengeluh--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tepat waktu--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku tidak tepat waktu--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku berlaku baik--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --hanya dengan memperlihatkan bahasa tubuhku--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku menulis blog ini--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku lapar--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku kenyang--
Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku dipaksa untuk menyukai sesuatu yang memang sebenarnya tidak aku sukai--















OH MASIH ADA SATU LAGI.








Aku bisa jadi orang yang menyebalkan --ketika aku (terpaksa) tidak menyukai sesuatu yang sebetulnya aku sukai
--

Dan kali ini yang terakhir kusebutlah yang sedang aku rasakan. Perasaan yang sama tiga tahun lalu ketika aku tidak (terlalu) menyukai pelajaran Sosiologi kelas 3 SMA. Kalau kalian mau tahu, waktu kelas 2 SMA aku sangaaaaaaaaat suka pelajaran Sosiologi. Dan usut punya usut, faktor guru-lah yang menyebabkan itu semua. Guru Sosiologiku kelas 3 SMA tidak sebaik sewaktu kelas 2.

Dan itu konyol. Membenci sesuatu hanya karena unsur kecilnya. Sangat konyol. Seharusnya aku malu. Ya aku tahu. Aku tidak membencinya sebenarnya. Hanya "tidak terlalu suka". Itupun tidak sepenuhnya "tidak terlalu suka". Aku belajar memahami. Entahlah apa yang mereka tahu tentang "paham". Setidaknya aku sudah melakukan yang terbaik --minimal untuk diriku sendiri--.

"Bersyukurlah", kata salah satu sahabatku.
"Terlalu banyak mengeluh dan cemberut akan mengurangi waktu bahagiamu", kata sahabatku yang lain.

Mereka benar. Ya aku benar-benar bersyukur memiliki mereka.



ja ne...

2 komentar:

Azam Raharjo mengatakan...

tapi kamu tidak bisa lebih menyebalkan dari aku karena aku yang akan mengijime kamu.

fia masitha mengatakan...

awalnya aku simpati sama komenmu. habis aku baca "ijime", jadi ilang deh simpatinya.