Minggu, 11 April 2010

Q & A: Jejepangan

Q: Sejak kapan Anda suka Jejepangan?
A: Jejepangan? Ah dari SD kelas 6. Sejak saya sering nonton anime Inuyasha di TV.

Q: Oh bagaimana dengan lagu dan komik Jepang?
A: Setelah saya sering nonton animenya, aku mulai cari-cari soundtracknya. Habis itu yaaaa aku mulai suka lagu-lagu Jepang. Kalau komik Jepang sejak kecil sudah suka. Paling suka Doraemon dan Detektif Conan.

Q: Kalau Cosplay?
A: (berpikir lama, lalu tertawa) Saya tidak begitu suka cosplay, tapi saya bisa menikmatinya. Bingung ya? Hahaha. Saya juga.

Q: Kalau boleh tahu, ada nggak artis atau band Jepang yang jadi favorit Anda?
A: Oh ada. Jelas. (tertawa lagi). Saya paling suka sama L'Arc~en~Ciel.

Q: Kapan Anda benar-benar tertarik dengan budaya pop Jepang?
A: Saya benar-benar freak saat SMP. Ya tahulah ABG, masa puber, awal-awal remaja gitu. Cari identitas dengan ikut di komunitas-komunitas Jejepangan. Hahaha. Benar-benar masa yang antik. Lucu kalau diingat-ingat lagi.

Q: Apakah hobi Anda tersebut tersampaikan saat SMA?
A: (berpikir) Teman saya yang mempunyai hobi yang sama dengan saya di SMA sedikit sekali jumlahnya. Kami jarang bertemu karena beda kelas. Tahulah anak-anak SMA, tugas-tugasnya sudah lebih banyak daripada anak SMP. Tetapi saya senang karena saya mengenal bahasa Jepang sewaktu SMA.

Q: Anda masuk Sastra Jepang UGM memang karena alasan tersebut (hobi dengan budaya pop Jepang, red)?
A: Pada awalnya iya. Jelas. Akan tetapi, lama kelamaan karena saya benar-benar mempelajari Jepang tidak hanya bahasa dan budaya popnya saja, saya jadi kurang begitu tertarik dengan budaya popnya. Hanya segelintir anime, manga (komik, red), dan dorama yang saya lirik. Aneh ya? Hahaha. Tapi ada teman kuliah saya juga demikian kok.

Q: Maaf sebelumnya, apakah ada orang yang ragu dengan rasa nasionalisme Anda?
A: (tertawa) Tentu saja ada. Banyak malah. Terutama ketika saya SMP dan SMA. Mereka sering mengatai saya "Kamu mau jadi orang Jepang po, Lip?" Hahaha. Mak jleb. Akan tetapi jujur, saya tidak tahu kapan seseorang dikatakan nasionalisme dan kapan tidak. Karena menurut saya nasionalisme adalah sebuah hal yang abstrak. Belum tentu seseorang yang belajar bahasa asing seperti saya misalnya, tidak mempunyai rasa nasionalisme.

Q: Kalau begitu di mata Anda, apa yang menjadi kelebihan Indonesia dibandingkan Jepang?
A: Indonesia mempunyai bermacam-macam etnik, suku, dan kebudayaan. Jelas. Dari segi wilayahpun Indonesia sudah menang. Sumber daya alampun banyak. Kalau sudah ngomong seperti ini, nasionalisme saya tumbuh lho. Hahaha.

Q: Oh iya lupa. Hal positif apa yang Anda dapat ketika Anda belajar tentang negara lain?
A: Banyak sekali. Saya belajar tentang open mind terhadap kebudayaan, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain. Belajar untuk tidak stereotip, jelas. Belajar untuk tidak chauvinisme dan primordialisme, tentu saja. Saya belajar memahami bahwa di negara lain ternyata ada yang sebagian besar penduduknya tidak beragama, gap yang tinggi dalam interaksi sosial, dan lain-lain. Terakhir saya juga belajar bahwa ada hal-hal yang dianggap tabu di Indonesia tetapi tidak tabu di negara lain dan sebaliknya.

Q: Oke. Terima kasih atas kesediaannya diwawancarai dengan geje. Arigatou gozaimashita.
A: Sama-sama. Terima kasih juga karena sudah mendengarkan jawaban saya yang geje.








ja ne...

Tidak ada komentar: